kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hasil studi, pasien Covid-19 lebih berisiko meninggal jika belum disuntik vaksin


Senin, 13 September 2021 / 15:05 WIB
Hasil studi, pasien Covid-19 lebih berisiko meninggal jika belum disuntik vaksin

Sumber: Kompas.com | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Jangan tunggu lebih lama lagi untuk mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Penelitian di Amerika Serikat menemukan, orang yang tidak disuntik vaksin Covid-10 lebih besar kemungkinan terinfeksi virus corona, di rawat di rumah sakit dan meninggal dunia.

Pemerintah terus menggencarkan program vaksin Covid-19. Jumlah penerima vaksin Covid-19 dosis pertama hingga 12 September 2021 mencapai 72.766.195. Sedangkan penerima vaksin Covid-19 dosis kedua mencapai 41.734.734 orang dan dosis ketiga sebanyak 778.830 orang.

Sedangkan target penerima vaksin Covid-19 sebanyak 208.265.720 orang. Artinya, banyak masyarakat yang belum mendapatkan suntikan vaksin Covid-19.

Oleh karena itu, jika sudah ada kesempatan suntik vaksin Covid-19, masyarakat harus bergegas. Pasalnya, vaksin Covid-19 terbukti memberikan manfaat besar di masa pandemi corona ini.

Merujuk pemberitaan Kompas.com 12/9/2021, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melakukan sebuah studi mengenai keterkaitan orang yang tidak divaksinasi dengan kemungkinan meninggal dunia apabila terinfeksi Covid-19. Dari studi tersebut ditemukan bahwa orang yang tak disuntik vaksin Cocvid-19 11 kali lebih mungkin meninggal dunia akibat Covid-19 dibandingkan dengan orang yang telah divaksinasi.

Penelitian mengamati kasus infeksi corona, rawat inap, dan kematian di 13 negara bagian. “Menemukan bukti lebih lanjut tentang kekuatan vaksinasi,” ujar Direktur CDC Dr Rochelle Walensky seperti dikutip dari CNBC Internasional, Sabtu (11/9/2021).

Peneliti menganalisis lebih dari 600.000 kasus corona dari April hingga pertengahan Juli, dengan status vaksinasi. Ditemukan, kelompok yang tidak divaksinasi sekitar 4,5 kali lebih mungkin tertular virus, lebih dari 10 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit, dan 11 kali lebih mungkin meninggal karena penyakit Covid-19. Studi ini akan dipublikasikan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report pada Jumat mendatang.

Sementara itu, sebelumnya CDC pernah melakukan penelitian berdasarkan data dari 43.127 kasus corona di Los Angeles County antara Mei dan Juli. Dari penelitian itu, ditemukan orang yang tidak divaksinasi lima kali lebih mungkin tertular corona dan 29 kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit. 

Baca juga:: 3 Vaksin Covid-19 ini baru dapatkan izin penggunaan darurat dari BPOM, apa saja?

Vaksin Covid-19 masih efektif untuk varian Delta

Mengutip CNN, sejauh ini varian Delta menjadi jenis virus corona yang dominan. Namun, diperkirakan keseluruhan efektivitas vaksin Covid-19 masih mirip dengan yang terjadi selama sebelum varian ini menjadi dominan.

Penelitian tersebut dilakukan oleh CDC yang menganalisis ribuan kasus rawat inap Covid-19 di antara orang dewasa di 9 negara bagian antara Juni hingga Agustus, dimulai saat varian Delta menyumbang lebih dari setengah kasus berurutan di wilayah-wilayah tersebut.

Dalam studi tersebut menemukan, vaksin Moderna menjadi yang paling efektif mengurangi rawat inap. Di antara semua kelompok usia, vaksin Moderna mempunyai efektivitas sebesar 95 persen, sementara vaksin Pfizer-BioNTech dengan efektivitas 80 persen, dan vaksin Johnson & Johnson memiliki efektivitas 60 persen.

Secara keseluruhan, efektivitas vaksin lebih rendah di kelompok usia 75 tahun ke atas. Studi ini menemukan bahwa efektivitas vaksin secara keseluruhan menjadi 89 persen di antara orang dewasa di bawah usia 75 tahun, dan 76 persen untuk kelompok usia lebih dari 75 tahun.

Di Indonesia, Satgas Covid-19 juga menganalisi keampuhan vaksin Covid-19 terhadap virus corona varian Delta. Berdasarkan data Satgas Covid-19, analisa tersebut hanya menggunakan dua jenis vaksin Covid-19 yakni Pfizer dan AstraZeneca.

Berikut perbandingan kemampuan vaksin Covid-19 dalam melawan virus corona varian Delta.

Vaksin Covid-19 Pfizer

  • Vaksin Covid-19 Pfizer memiliki efektivitas mencegah munculnya gejala akibat virus corona varian Delta sebesar 36% pasca penyuntikan dosis 1.
  • Vaksin Covid-19 Pfizer memiliki efektivitas mencegah munculnya gejala akibat virus corona varian Delta sebesar 88% pasca penyuntikan dosis 2.
  • Vaksin Covid-19 Pfizer memiliki efektivitas mencegah rawat inap akibat virus corona varian Delta sebesar 94% pasca penyuntikan dosis 1.
  • Vaksin Covid-19 Pfizer memiliki efektivitas mencegah rawat inap akibat virus corona varian Delta sebesar 96% pasca penyuntikan dosis 2.

Vaksin Covid-19 Astrazeneca

  • Vaksin Covid-19 Astrazeneca memiliki efektivitas mencegah munculnya gejala akibat virus corona varian Delta sebesar 30% pasca penyuntikan dosis 1.
  • Vaksin Covid-19 Astrazeneca memiliki efektivitas mencegah munculnya gejala akibat virus corona varian Delta sebesar 67% pasca penyuntikan dosis 2.
  • Vaksin Covid-19 Astrazeneca memiliki efektivitas mencegah rawat inap akibat virus corona varian Delta sebesar 71% pasca penyuntikan dosis 1.
  • Vaksin Covid-19 Astrazeneca memiliki efektivitas mencegah rawat inap akibat virus corona varian Delta sebesar 92% pasca penyuntikan dosis 2.

Kementerian Kesehatan dan Satgas Covid-19 menegaskan, masyarakat tidak perlu pilih-pilih vaksin. Semua vaksin Covid-19 terbukti berhasil menciptakan antibodi dalam tubuh untuk mencegah infeksi virus corona.

Selanjutnya: Hasil penelitian, risiko kematian naik 11 kali jika tidak disuntik vaksin Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×