Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bakal mempertahankan rencana produksi 65.000 ton nikel dalam bentuk matte di tengah tingginya harga nikel. Kebijakan ini ditegaskan oleh Chief Financial Officer PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto ketika dihubungi Kontan.co.id pada Senin (11/4).
“Tidak ada rencana untuk menaikkan produksi,” tutur Bernardus kepada Kontan.co.id (11/4).
Seperti diketahui, belakangan harga komoditas nikel terus naik dan stabil di atas level US$ 30.000 per ton. Pada Jumat (8/4) misalnya, harga kontrak bergulir tiga bulan di London Metal Exchange (LME) berada di US$ 33.855 per metrik ton. Jika dihitung sejak awal tahun, angka tersebut sudah naik 63%.
Baca Juga: Kontribusi Vale Indonesia (INCO) ke Penerimaan Negara Capai Rp 2 Triliun Pada 2021
Diakui Bernardus, harga nikel yang tinggi sejatinya juga turut berdampak positif bagi bisnis nikel matte INCO. Catatan saja, nikel matte INCO dijual seharga 78% dari rata-rata harga tunai nikel di LME dan 35% dari harga kobalt di Fast Market satu bulan sebelum pengiriman.
Meski begitu, peluang ini tidak serta merta menggoda INCO untuk lantas mengungkit target produksi tahunan karena sejumlah pertimbangan. Bernardus menerangkan, selain dipengaruhi oleh harga nikel, keuntungan INCO juga dipengaruhi harga komoditas utama seperti minyak dan batubara yang harganya meningkat belakangan ini.
Di samping itu, INCO juga tengah mengawal penyelesaian proyek pembangunan ulang (rebuild) furnace 4. “Keselamatan operasional jauh lebih penting untuk kami,” ujar Bernardus singkat.
Sedikit informasi, menurut catatan Kontan.co.id, proyek pembangunan ulang furnace 4 dilakukan untuk memperpanjang masa operasi tanur 4 dan merupakan bagian dari strategi operasi dalam mendukung ambisi INCO mencapai produksi 90.000 ton.
Proyek ini meliputi perbaikan pada furnace roof, furnace body, electrode component, feeding system, matte and slag tapping, dan electrical system. Tahun ini, INCO sudah menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 120 juta dari kas internal untuk membiayai sejumlah keperluan, termasuk di antaranya untuk membiayai proyek pembangunan kembali furnace 4.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News