kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Beberapa Komoditas Pangan Ini Mulai Merangkak Naik


Sabtu, 26 Februari 2022 / 05:00 WIB
Harga Beberapa Komoditas Pangan Ini Mulai Merangkak Naik

Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan, harga sejumlah komoditas pangan merangkak naik menjelang akhir bulan Februari ini.

Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan (Kemendag) Isy Karim mengatakan, secara umum harga barang kebutuhan pokok relatif stabil. Komoditi yang harganya naik cukup signifikan dibanding bulan lalu yaitu bawang merah, cabai merah keriting, cabai merah besar, cabai rawit merah dan kedelai.

Harga bawang merah naik 18,81% menjadi Rp 36.000/kg. Lalu, harga cabai merah keriting naik 21,47% menjadi Rp 44.700/kg. Harga cabai merah besar naik 18,33% menjadi Rp 43.900/kg; cabai rawit merah naik 13,63% menjadi Rp 59.200/kg.

Selanjutnya, kedelai naik 6,24% menjadi Rp 11.092 di tingkat pengrajin dan 2,38% menjadi Rp 12.900 di tingkat eceran.

“Kenaikan harga bawang merah merupakan penyesuaian menuju harga normal setelah sebelumnya sempat jatuh karena masa panen raya,” ucap Isy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (25/2).

Baca Juga: Harga Bahan Pangan Jelang Puasa Naik, Pemerintah Perlu Antisipasi

Selain itu, menurut informasi dari Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), kenaikan harga juga disebabkan karena faktor cuaca yang mengakibatkan sebagian hasil panen busuk.

Kemudian, berdasarkan informasi dari Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) menyampaikan, kenaikan harga cabai disinyalir akibat tertundanya masa pemetikan oleh petani akibat dari faktor cuaca hujan di sentra produksi.

“Kenaikan harga kedelai merupakan dampak dari kenaikan harga kedelai dunia disinyalir akibat turunnya produksi di negara produsen diantaranya di Amerika Selatan serta meningkatnya permintaan dari Tiongkok akibat restrukturisasi di bidang peternakan,” terang Isy.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam kunjungan kerjanya ke Provinsi Jambi mengapresiasi Pemprov Jambi yang turut mengatur distribusi minyak goreng. Sebab itu, tidak ada antrean panjang dalam pembelian minyak goreng.

“Harga sudah sesuai aturan yang kemasan premium Rp 14.000 per liter, meskipun yang curah sedikit diatas HET, ini biasanya terjadi kebingungan distributr dan retailer menggunakan harga yang lama dicampur dengan harga yang baru. Tetapi saya yakin dalam seminggu kedepan harga nya sesuai yang ditentukan Kemendag,” ujar Lutfi saat melakukan pemantauan harga pangan di Jambi dipantau dari laman instagram @mendaglutfi, Jumat (25/2).

Terkait kedelai, Lutfi mengatakan, tahun lalu Indonesia mengimpor kedelai lebih dari 2,5 juta ton atau lebih dari 90% dari kebutuhan kedelai nasional. Sebab, produksi kedelai nasional tahun lalu tidak lebih dari 10% atau 250.000 ton.

“Jadi kita ketahui sekarang terjadi keributan atau semacam invasi militer di semenanjung crimea. Ukraina dan Rusia adalah penyumbang 25% daripada kebutuhan untuk terigu dunia. Karena terigunya naik ini akan diikuti harga barang termasuk kedelai dan juga termasuk CPO kita akan naik tinggi,” ujar Lutfi.

Lutfi mengatakan, pihaknya saat ini tengah mencoba memitigasi hal tersebut. Ia mengatakan, harga kedelai di Indonesia saat ini masih lebih rendah dibanding Juni tahun 2021. “Kalau sampai lebih tinggi lagi, kita akan memitigasi dengan cara lain,” ucap Lutfi.

Dihubungi secara terpisah, Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri menyebut, harga bawang merah dari yang sebelumnya Rp 35.000 saat ini menjadi Rp 40.000/kg; minyak goreng masih di kisaran Rp 17.000/liter; gula dari Rp 13.500/kg saat ini Rp 14.000/kg; daging sapi dari Rp 125.000/kg saat ini Rp 140.000/kg. Bahkan, tahu dan tempe tidak ada di pasaran.

“Persoalan utamanya di produksi,” ucap Mansuri.

Mansuri mengkhawatirkan, harga bahan pokok tinggi menjelang puasa dan ramadhan. Sebab itu, Ikappi mendesak Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan untuk memetakan sentra-sentra produksi setiap komoditas pangan.

“Kalau produksinya enggak aman menjelang Ramadan ini akan tinggi harganya,” ujar Mansuri.

Baca Juga: BI Perkirakan Februari 2022 Akan Terjadi Deflasi 0,05%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×