Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) memproyeksikan pertumbuhan kinerja pada sisi pendapatan dan laba perusahaan di sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini.
Direktur TPMA, Rudy Sutiono mengatakan, pendapatan bersih perusahaan pada Januari-September tahun ini bisa meningkat hingga 2 kali lipat bila dibandingkan periode sama tahun lalu. “Bottom line tentunya lebih tinggi dari (periode sama) tahun lalu,” tambah Rudy kepada Kontan.co.id, Senin (4/10).
Sebagai pembanding, mengutip laporan keuangan interim perusahaan per 30 September 2020, TPMA tercatat membukukan pendapatan usaha sebesar US$ 30,14 juta dengan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 1,16 juta.
Dengan demikian, dengan asumsi pertumbuhan 2 kali lipat, maka pendapatan usaha TPMA di sepanjang Januari-September 2021 bisa mencapai sekitar US$ 60,29 juta, sementara laba bersih TPMA bisa mencapai di atas US$ 1,16 juta sejalan dengan proyeksi Rudy.
Tanpa menyebutkan angka, Rudy menuturkan bahwa volume pengangkutan batubara oleh TPMA di sembilan bulan pertama tahun ini memang mengalami peningkatan dibanding periode sama tahun lalu.
Permintaan jasa angkut batubara yang tinggi juga tercermin pada utilisasi armada TPMA yang mendekati maksimum, yaitu 95%. Sebanyak 5% sisanya dialokasikan untuk perawatan/docking rutin kapal perusahaan. Jumlah set armada TPMA sendiri saat ini berjumlah 37 set. Setiap setnya terdiri dari 1 tug boat, 1 kapal tongkang, dan 3 buah crane barge.
Selain faktor kenaikan volume, pertumbuhan kinerja TPMA di sepanjang Januari-September 2021 juga dipengaruhi kenaikan mini tarif pengangkutan. “Rate ada naik sedikit sekitar 2%-3%,” ujar Rudy.
Baca Juga: Strategi Trans Power Marine (TPMA) kejar kenaikan laba dua kali lipat
Seperti diketahui, harga batubara memang cenderung membubung tinggi di sepanjang tahun berjalan 2021. Hal ini misalnya tercermin pada Harga Batubara Acuan (HBA) bulan September 2021 hingga ke US$ 150,03 per ton. Angka tersebut disebut-sebut menjadi rekor tertinggi HBA anyar setelah mengalami puncak rekor tertinggi pada bulan-bulan sebelumnya.
HBA sendiri diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Sementara itu, harga batubara di pasar ICE Newcastle (Australia) tercatat menembus US$ 200 per ton bulan lalu. Sebagai pembanding, harga batubara masih berada di level US$ 79,55 per ton pada akhir 2020.
Berdasarkan catatan Rudy, sektor batubara sendiri berkontribusi hingga sekitar 80% dalam total pendapatan TPMA. Sebagai emiten jasa pengangkutan barang curah yang didominasi oleh batubara, TPMA melayani jasa pengangkutan batubara dari pelabuhan ke kapal yang lebih besar untuk kemudian diekspor (transhipment). Selain itu, TPMA juga melayani jasa pengangkutan batubara ke PLN ataupun independent power producer (IPP) lokal.
Di tengah permintaan jasa yang tinggi, TPMA berniat menambah 3-4 set kapal baru pada tahun ini. Dananya bakal memanfaatkan sebagian besar anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) perusahaan yang dianggarkan sebesar Rp 120 miliar - Rp 150 miliar pada tahun ini.
Hanya saya, rencana pembelian kapal ini belum direalisasi lantaran faktor harga kapal yang sedang tinggi. Dengan pertimbangan ini, TPMA berniat merealisasikan rencana pembelian kapal baru pada akhir tahun ini atau awal tahun depan. “Saat ini harga besi masih cukup tinggi, jadi harga kapal masih cukup mahal,” tutur Rudy.
Selanjutnya: Pendapatan turun, laba bersih Trans Power Marine (TPMA) melonjak 34,65% di semester I
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News