kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,17   -0,13   -0.01%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Aset Kripto Loyo Lagi, Ini Penyebabnya


Kamis, 14 Juli 2022 / 10:00 WIB
Harga Aset Kripto Loyo Lagi, Ini Penyebabnya

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan aset kripto masih tak berdaya pada Rabu (13/7) siang. Bahkan, nilai Bitcoin (BTC) jatuh untuk hari kelima berturut-turut dan investor mulai khawatir dengan tekanan data inflasi Amerika Serikat yang diprediksi semakin tinggi.

Melansir situs CoinMarketCap pada Rabu (13/7) pukul 13.45 WIB, 8 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak terjerembab ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Hanya stablecoin Tether (USDT) dan Binance USD (BUSD) yang masih bergerak hijau. 

Nilai Bitcoin (BTC) anjlok 2,07 % ke US$ 19.505 per keping dalam sehari terakhir. Sementara, nasib Ethereum (ETH) lebih buruk, turun 2,24% ke US$ 1.059,34 di waktu yang sama. Cardano (ADA), Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) juga mengalami penurunan masing-masing 3,07%, 1,24% dan 2,05%.

Trader Tokocrypto Afid Sugiono, melihat banyak investor kripto yang kurang bersemangat untuk melakukan aksi beli. Secara umum, mereka tampaknya masih menghindari pasar kripto menyusul redupnya selera risiko investasi di aset berisiko. Apalagi dengan penguatan nilai dolar AS yang masih menekan kinerja market kripto untuk beberapa hari mendatang

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Lima Hari Berturut, Ini yang Bikin Para Trader Khawatir

“Sejak awal pekan lalu, banyak investor yang memilih jaga jarak dari market untuk mengantisipasi data inflasi AS pada Juni yang akan dirilis pada hari ini,” kata Afid dalam Tokocrypto Market Signal, Rabu (13/7).

Afid menerangkan kenaikan nilai Dolar AS tentu akan membuat investor merasa lebih untung untuk menyimpan uang tunai ketimbang mengoleksi aset kripto. Hasilnya, investor akan semakin getol melakukan aksi jual.

Di samping itu, investor sepertinya bakal terus melirik ke Dolar AS setelah melihat paritas antara mata uang Euro dan Dolar AS kini sudah mencapai 1:1.

Menurutnya, kenaikan permintaan dolar AS yang kencang tentu akan menghantam harga aset kripto. Apalagi, beberapa analisis menunjukkan bahwa laju Dolar AS kini punya korelasi negatif yang sangat kuat dengan laju harga aset kripto.

Baca Juga: Alami Bencana Buruk di 2022, Ini Ramalan Kapan Kripto Bakal Bullish Lagi

Selain itu, sentimen negatif lainnya juga datang dari pemerintah negara bagian AS, California, yang tengah menginvestigasi beberapa platform pinjam-meminjam aset kripto menyusul aksi penghentian withdrawals dan transfer antar pengguna yang dilakukan secara sepihak.

“Di samping perkara makroekonomi, kinerja pasar kripto juga terganggu oleh kabar buruk yang terjadi di sekitaran jaringan blockchain, seperti dari Uniswap yang melaporkan terjadinya serangan phishing,” tutup Afid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×