Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - HANOI. Anggota parlemen Vietnam menyetujui rencana pemerintah untuk memperpanjang pengurangan pajak pertambahan nilai (PPN) atas barang dan jasa hingga akhir tahun ini pada Sabtu (24/6).
Kebijakan insentif pajak ini tujuannya untuk meningkatkan konsumsi dan produksi dalam negeri karena ekonominya yang ditopang kinerja ekspor tengah lesu akibat melambatnya permintaan global.
Baca Juga: Indonesia Masuk Daftar 20 Negara dengan Ekonomi Terbesar Dunia, di Posisi Berapa?
Pemotongan PPN menjadi 8% dari 10% yang berlaku sejak awal tahun lalu, tidak berlaku untuk layanan dan produk seperti perbankan, keuangan, dan real estat.
Vietnam mencoba untuk menghindari perlambatan pertumbuhan dari lemahnya permintaan di pasar utamanya. Setelah pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama melambat menjadi 3,3% dari 5,9% pada kuartal keempat tahun lalu.
"Langkah itu akan meningkatkan konsumsi dan karenanya mendukung kegiatan bisnis dan produksi," kata Menteri Keuangan Ho Duc Phoc dalam sebuah laporan kepada Majelis Nasional bulan lalu.
Pusat kekuatan pabrik regional tersebut melaporkan penurunan ekspor sebesar 12,3% dalam lima bulan pertama tahun ini, terseret oleh penyusutan pengiriman produk utama smartphone, elektronik, dan garmen.
Pemotongan PPN diharapkan dapat meningkatkan konsumsi domestik untuk mengkompensasi penurunan tajam dalam ekspor.
Baca Juga: Vietjet resmikan Penerbangan Perdana antara Ho Chi Minh City dan Brisbane
Bank Negara Vietnam, bank sentral negara itu, sepanjang tahun ini telah memangkas suku bunga kebijakannya empat kali antara 150 dan 200 basis poin untuk meningkatkan ekonominya.
Terakhir memotong tingkat pembiayaan kembali menjadi 4,5%, tingkat diskonto menjadi 3,0% dan tingkat antar bank elektronik menjadi 5,0% pada 19 Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News