kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

GAPMMI: Ada Kenaikan Harga Mie Instan, Tapi Tidak Sampai Tiga Kali Lipat


Jumat, 02 September 2022 / 07:30 WIB
GAPMMI: Ada Kenaikan Harga Mie Instan, Tapi Tidak Sampai Tiga Kali Lipat

Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) membantah harga mie instan naik hingga tiga kali lipat. Harga mie justru diprediksi bergerak turun, seiring kendala bahan baku mie yakni gandum yang mulai terkendali.

Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman memang membenarkan adanya kenaikan harga mie instan. Namun, kenaikannya tidak sampai tiga kali lipat, seperti yang tengah heboh di sosial media. Dari pemantauannya, harga mie instan sebelumnya berada pada kisaran Rp 2.200- Rp 3.000 per bungkus. Kemudian, harga saat ini naik menjadi kisaran Rp 2.500-Rp 3.200 per bungkus.

"Ada kenaikan, tapi tidak sampai tiga kali lipat," ujar Adhi saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (1/9).

Baca Juga: Akibat Gandum Mahal, Kenaikan Harga Mi Instan Tak Terbendung Tahun Ini

Selain itu, lanjut Adhi, kenaikan harga mie bukan hanya disebabkan oleh terkendalanya bahan baku gandum. Namun juga disebabkan oleh masalah lainnya seperti inflasi yang menyebabkan banyak naiknya harga-harga bahan baku lainnya, harga energi, harga logistik, hingga harga packaging (kemasan). Sehingga mengerek harga mie di pasaran.

Dari sisi ketersediaan pun diakui GAPMMI tidak ada kendala. Sebab, masa panen di belahan selatan Australia ataupun Argentina cukup bagus untuk tetap bisa memasok kebutuhan impor Indonesia dengan baik.

GAPPMI juga menilai imbas perang Ukraina-Rusia yang menyebabkan harga gandum dunia naik, sudah bisa diantisipasi oleh para produsen. Kebutuhan impor dari Ukraina yang tahun lalu mencapai sekitar 20% sudah bisa ditekan dengan mencari negara substitusi seperti India.

"Indonesia dapatkan gandum dari India yang tadinya melarang ekspor. Saya kira ketersediaan aman," tambah Adhi.

Adhi bilang, untuk menyikapi situasi inflasi dan krisis ini produsen mesti cermat mencari alternatif sumber gandum agar dapat kepastian stok.

Baca Juga: Siantar Top (STTP) Akui Terdampak Kenaikan Harga Gandum

Di samping itu, Adhi menilai saran untuk mencari substitusi bahan baku gandum menggunakan sorgum dapat dipertimbangkan. Karena sorgum merupakan salah satu jenis karbohidrat yang memang bisa dipakai untuk snack, biskuit, dan mie.

Hanya saja, jumlahnya tidak bisa digunakan mengganti kebutuhan gandum secara keseluruhan karena adanya perbedaan karakteristik antara gandum dan sorgum.

Misalnya sorgum digunakan seluruhnya pada pembuatan roti, maka roti tidak dapat elastis dan mengembang. Hal ini karena roti butuh terigu yang punya kandung gluten tinggi. Sama halnya apabila diterapkan pada produksi mie instan.

"Intinya bisa dipakai sebagai pengganti tapi sesuai dengan formula masing-masing perusahaan, tentunya tidak bisa digunakan 100% menggantikan terigu," jelas Adhi.

Dari pemantauannya, sudah ada beberapa perusahaan produsen mie yang mencoba sorgum sebagai bahan pengganti gandum. Namun sejauh ini masih tahap formulasi, belum sampai menjadi kebutuhan komersial.

Baca Juga: Jika Harga BBM Bersubsidi Naik, Sektor Ritel Ikut Terdampak

Hingga akhir tahun 2022, Adhi memprediksikan harga mie bakal turun. Seiring harga pangan dunia yang trennya saat ini turun, berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) perbandingan harga Juni-Juli.

"Saya perkirakan harusnya sedikit menurun harga rill komoditi hingga akhir tahun," pungkas Adhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×