kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gapki: Perang Rusia dan Ukraina Berdampak pada Pasokan Minyak Nabati Dunia


Minggu, 06 November 2022 / 07:30 WIB
Gapki: Perang Rusia dan Ukraina Berdampak pada Pasokan Minyak Nabati Dunia

Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - BALI. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono mengatakan, kinerja industri kelapa sawit Indonesia, mencatat hingga September 2022, produksi mencapai 37 juta ton dengan ekspor 22 juta ton.

Adapun hingga akhir tahun proyeksi prediksi minyak sawit di Indonesia mencapai 51,8 juta ton. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan produksi tahun 2021 yang mencapai 51,3 juta ton.

"Diperkirakan akhir tahun produksi akan mencapai 51,8 juta ton, terdiri dari 47 juta crude palm oil (CPO) dan 4,8 juta ton crude palm kernel oil (CPKO). Sedikit meningkat dari tahun lalu. Ekspor diperkirakan mencapai sekitar 30 juta ton," kata Joko dalam Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2022, Bali, Kamis (3/11).

Ia menambahkan, GAPKI menyadari bahwa perang antara Rusia dan Ukraina memberikan dampak pada pasokan minyak nabati dunia terutama minyak bunga matahari. Lantaran hal tersebut beberapa negara mengalihkan konsumsinya ke minyak nabati lainnya.

Baca Juga: Kembangkan Budidaya Anggrek, SMA Jalin Kerjasama dengan Alma Del Bosque

Hal tersebut kemudian mendorong harga minyak nabati lainnya, termasuk minyak sawit. Sebagai informasi minyak sawit menyumbang lebih dari 30% pasokan minyak nabati dunia. Yang artinya minyak sawit merupakan penyumbang terbesar pasokan pasar minyak nabati global.

Sementara itu, harga minyak sawit meroket setelah perang antara Rusia dan Ukraina dilancarkan. Joko mengatakan, perdagangan minyak sawit dunia juga terpukul ketika pada akhir April lalu pemerintah Indonesia memberlakukan pembatasan ekspor sementara.

"Dengan situasi ini, kita dapat melihat bahwa geopolitik dan regulasi di negara-negara penghasil minyak nabati memiliki pengaruh besar pada perdagangan global, sementara di bagian lain dunia sedang menghadapi masalah kelaparan, sehingga, ketahanan pangan menjadi perhatian PBB," jelasnya.

Berkaca pada fenomena tersebut, Joko menyebut IPOC 2022 diharapkan menjadi wadah diskusikan mendalam agar didapatkan masukan tentang situasi dari para ahli dan stakeholder terkait dalam industri sawit terutama di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×