kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

El Nino Ancam Kekeringan Lahan Pertanian, Ini Antisipasi Kementan


Rabu, 14 Juni 2023 / 05:29 WIB
El Nino Ancam Kekeringan Lahan Pertanian, Ini Antisipasi Kementan
ILUSTRASI. Fenomena cuaca ekstrem El nino berpotensi menyebabkan kekeringan lahan pertanian hingga seluas 560.000-870.000 hektare.

Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cuaca ekstrem El Nino bisa menyebabkan kekeringan lahan pertanian. Prediksi Kementerian Pertanian, akibat El Nino, lahan pertanian yang terancam kekeringan bisa seluas 560.000-870.000 hektare.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan yang terjadi saat cuaca normal. Saat cuaca normal ada 200.000 hektare lahan yang kekeringan.

"Setiap kejadian El Nino ekstrem berpotensi menyebabkan kekeringan 560.000 sampai 870.000 hektare, sedangkan pada tahun normal hanya 200.000 hektare," kata Syahrul dalam Rapat Kerja bersama Komisi IV DPR RI, Selasa (13/6).

Ia melanjutkan, El Nino juga bisa menyebabkan kebakaran lahan pertanian, gagal panen, dan meningkatkan intensitas serangan hama penyakit tanaman. Adapun kekeringan ekstrem dampak dari El Nino juga berpotensi memicu terjadinya krisis pangan.

Baca Juga: Badan Pangan Nasional: Pengadaan Cadangan Pangan Utamakan Produksi Dalam Negeri

Oleh karena itu, Syahrul mengatakan perlu dilakukan antisipasi untuk mengurangi dampaknya terhadap penurunan kapasitas produksi pangan.

Kementerian Pertanian telah menyusun beberapa upaya yang dilakukan dalam mengantisipasi dan adaptasi dampak El Nino. Pertama melakukan identifikasi dan mapping lokasi terdapat kekeringan, serta mengelompokkan menjadi daerah merah kuning dan hijau.

Kedua, percepatan tanam untuk mengejar sisa hujan. Ketiga, meningkatkan ketersediaan alsintan untuk percepatan tanam. Keempat, peningkatan ketersediaan air dengan membangun atau memperbaiki embung, dam parit, sumur dalam, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier serta pompanisasi.

"Kelima penyediaan benih tahan kering dan OPT. Enam, pengembangan pupuk organik dan dukungan pembiayaan KUR dan asuransi pertanian," imbuh Syahrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×