kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor Diproyeksi Turun di Semester II-2022, Ini Penyebabnya


Jumat, 16 September 2022 / 06:40 WIB
Ekspor Diproyeksi Turun di Semester II-2022, Ini Penyebabnya

Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia kembali surplus pada bulan Agustus 2022. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, surplus neraca perdagangan barang pada bulan laporan tersebut mencapai US$ 5,76 miliar.

Adapun surplus neraca perdagangan pada bulan Agustus 2022 ini, mengantarkan Indonesia untuk mencetak surplus selama 28  bulan berturut-turut sejak Mei 2020.  Surplus pada bulan Asgustus ini didorong oleh nilai ekspor yang lebih tinggi dari nilai impor.

Adapun nilai ekspor pada Agustus 2022 tercatat mencapai US$ 27,91 miliar, sedangkan impor tercatat sebesar US$ 22,15 miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa kinerja ekspor yang terus menguat didukung oleh peningkatan volume ekspor crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah dan juga besi serta baja. Sementara itu, pertumbuhan impor tetap solid seiring dengan akselerasi pemulihan ekonomi domestik.

Selain itu, neraca perdagangan yang mencetak surplus US$ 5,76 miliar ini tersebut jauh dari perkiraannya, dengan surplus sebesar US$ 3,69 miliar pada Agustus 2022. Namun, ke depannya, Faisal melihat suplus neraca perdagangan akan menyusut.

Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Agustus 2022 Surplus US$ 5,76 Miliar

"Kami berharap impor dapat mengimbangi ekspor seiring dengan percepatan pemulihan ekonomi domestik," ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (15/9).

Faisal bilang, perekonomian Indonesia tumbuh lebih kuat dari perkiraan di semester I-2022, hal ini menandakan aktivitas produksi dan konsumsi yang kuat. Artinya, permintaan impor bahan baku dan barang modal juga akan ikut menguat.

"Apalagi pelonggaran PPKM telah meningkatkan mobilitas masyarakat yang dapat meningkatkan impor minyak," katanya.

Namun, meskipun pada Agustus 2022 tercatat surplus yang cukup besar, namun Faisal mengatakan tren kenaikan sejumlah komoditas akan mulai mereda karena kekhawatiran resesi global di tengah lonjakan inflasi yang dapat berujung pada pelemahan permintaan global.

Oleh karena itu, hal tersebut dapat beresiko melemahnya kinerja ekspor di semester II-2022.

Baca Juga: BPS Sebut Harga Komoditas Unggulan Indonesia Anjlok pada Agustus 2022

Namun dengan surplus neraca perdagangan Indonesia secara kumulatif atau dari Januari 2022 hingga Agustus 2022 yang tercatat US$ 34,92 miliar, dia pun memperkirakan Indonesia akan membukukan neraca transaksi berjalan akan menyusut 0% -0,45% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Artinya, pasokan valuta asing (valas) akan masuk ke dalam negeri, sehingga stabilitas nilai tukar rupiah dapat terjaga.

"Upaya pemerintah dan Bank Indonesia (BI) untuk menerapkan kembali sanksi bagi eksportir yang tidak menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) di dalam negeri dapat semakin mendukung stabilitas tersebut," pungkas Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×