kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Ekspansi Pelaku Usaha Ritel Asing di Indonesia Marak, Begini Tanggapan Asosiasi


Sabtu, 16 September 2023 / 11:45 WIB
Ekspansi Pelaku Usaha Ritel Asing di Indonesia Marak, Begini Tanggapan Asosiasi

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah asosiasi terkait ritel dan pusat perbelanjaan nasional menanggapi tren ekspansi pelaku usaha ritel asing di Indonesia.

Belakangan ini cukup ramai peritel asing yang membuka gerainya di berbagai pusat perbelanjaan atau mal Indonesia. Misalnya, Miniso yang merupakan jaringan ritel asal China yang menjual aneka barang kebutuhan sehari-hari.

Merek ritel yang didirikan pada 2013 ini telah hadir di lebih dari 100 negara dan memiliki lebih dari 5.500 gerai di seluruh dunia. Merujuk akun Instagram resmi Miniso Indonesia, merek ini telah membuka lebih dari 150 gerai di berbagai pusat perbelanjaan Tanah Air. Contohnya, di Jabodetabek Miniso hadir di Pondok Indah Mall, Pacific Place, Senayan City, Margo City, AEON BSD, dan lain-lain.

Merek ritel asal China lainnya yakni Mixue juga meramaikan pasar Indonesia, khususnya di produk-produk es krim. Mixue hadir pertama kali di Indonesia pada 2020 dan saat ini mereka memiliki lebih dari 300 gerai, baik berupa gerai stand alone maupun gerai di mal.

Baca Juga: Ritel Asing Menyerbu Pasar Indonesia, Begini Kata Kadin

KKV yang juga berasal dari China juga telah berekspansi ke Indonesia dan membuka 31 gerai di berbagai kota. KKV dikenal sebagai gerai ritel yang menjual berbagai jenis barang dengan tampilan gerai yang instagramable.

Ada pula MR DIY, merek ritel toko serba ada asal Malaysia yang telah membuka sekitar 400 gerai di berbagai kota Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan, ada beberapa alasan yang membuat banyak peritel asing mau berinvestasi dan membuka gerainya di berbagai pusat perbelanjaan Indonesia.

Salah satunya adalah fakta bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk besar yakni sekitar 270 juta jiwa. Potensi bisnis ritel di Indonesia jelas menggiurkan bagi peritel asing bila berkaca dari faktor jumlah penduduk.

“Populasi penduduk kelas menengah bawah juga tergolong banyak di Indonesia, sehingga menjadi target pasar bagi beberapa peritel asing yang menyasar segmen tersebut,” ujar dia, Jumat (15/9).

Selain itu, Indonesia juga ditopang oleh pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil di kisaran 5%. Bahkan, di tengah ketidakpastian global, kondisi ekonomi Indonesia masih terbilang stabil dibandingkan beberapa negara lain.

Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, maraknya merek ritel asing yang menjamur di Indonesia sebenarnya merupakan fenomena biasa dan sudah terjadi sejak lama.

“Sejak dahulu, Hippindo menaungi peritel lokal dan asing dari berbagai segmen. Jadi, kalau ada peritel asing yang masuk ke Indonesia itu hal yang biasa sebenarnya,” ungkapnya, Jumat (15/9).

Baca Juga: Aprindo: Kehadiran Ritel China ke Indonesia Justru Bangun Persaingan Terbuka

Dia menilai, masuknya sejumlah pemain ritel asing akan menguntungkan bagi ekonomi negara. Sebab, banyak tenaga kerja yang bisa terserap dengan hadirnya gerai-gerai ritel asing. Peritel asing pun menjual produk-produk original, tak terkecuali produk impor. Pemerintah juga diuntungkan oleh pajak sewa yang terkumpul dari pengelola gerai ritel asing.

Hippindo tak menampik, kehadiran gerai-gerai ritel asing akan menciptakan persaingan yang sengit, termasuk dengan peritel lokal. Selama kompetisi antar pemain ritel berlangsung sehat, hal itu tidak menjadi masalah. Justru konsumen dapat diuntungkan dengan banyaknya pilihan produk yang dijual di berbagai toko ritel.

Lagi pula, sudah menjadi fakta tersendiri bahwa persaingan pasar ritel akan menciptakan seleksi alam bagi para pebisnis ritel yang berkecimpung di dalamnya. “Peritel asing pun juga pernah ada yang tutup toko di Indonesia, seperti Giant, Centro, dan Seven Eleven. Sudah biasa itu buka atau tutup toko dalam industri ritel,” paparnya.

Hal yang terpenting bagi Hippindo adalah pemerintah tetap menjalankan fungsinya dalam mengawasi pasar ritel. Dalam hal ini, para peritel lokal tetap diberikan ruang dan berbagai kemudahan dalam berbisnis sehingga bisa bersaing dengan peritel asing yang ekspansi ke Tanah Air.

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×