Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, pemerintah menggunakan strategi transformasi ekonomi yang lebih hijau atau ekonomi sirkular untuk keluar dari krisis akibat pandemi Covid-19.
Ekonomi sirkular merupakan model industri baru yang berfokus pada reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, konsep ekonomi sirkular tidak hanya mengatasi berbagai masalah di hilir seperti pengelolaan limbah. Melainkan dimulai dari sektor hulu dengan menggunakan bahan baku ramah lingkungan.
Baca Juga: Usung ekonomi sirkular, PHI kembangkan wirausaha sosial bernama tante siska
“Konsep ini tentunya bukan hanya pengelolaan limbah tetapi juga selanjutnya menggunakan proses produksi dimana bahan baku dapat digunakan berulang-ulang sehingga tentu akan terjadi saving yang besar terutama untuk sumber daya alam,” kata Airlangga Hartarto dalam laporannya, Minggu (26/9).
Transformasi menuju ekonomi sirkular menjadi penting bagi Indonesia karena akan membawa banyak dampak positif. Baik bagi lingkungan serta pertumbuhan berbagai sektor pembangunan di masa depan. Selain itu, dapat juga meningkatkan pertumbuhan PDB Indonesia.
Penerapan konsep ekonomi hijau/sirkular berpotensi menghasilkan 4,4 juta tambahan lapangan pekerjaan. Setidaknya tiga perempat lapangan pekerjaan tersebut bisa memberdayakan perempuan dengan kesempatan yang lebih baik pada tahun 2030.
Baca Juga: Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah raih penghargaan ORI
Termasuk juga akan memberi kontribusi pada upaya pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia. “Di mana kita berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebesar 29% dan apabila ada kerjasama internasional, ini dapat ditingkatkan menjadi 41%,” jelas Menko Airlangga.