Reporter: Siti Masitoh | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca dagang diproyeksikan kembali surplus pada bulan Oktober 2022. Namun, nilai surplus neraca dagang tersebut bakal turun dibanding bulan September 2022.
Analis Makroekonomi Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan, surplus neraca dagang pada Oktober 2022 sebesar US$ 4,24 miliar. Jumlah itu susut dari surplus neraca dagang bulan September yang mencapai US$ 4,99 miliar.
Penurunan neraca perdagangan tersebut lantaran adanya perlambatan ekspor terkait dengan harga komoditas yang menurun dan perlambatan volume perdagangan dunia seiring Produk Domestik Bruto (PDB) negara mitra dagang yang melambat.
“Sementara indikator permintaan domestik yang membaik mendorong import tumbuh lagi akibat base effect yang rendah tahun lalu,” tutur Faiz sapaan akrabnya kepada Kontan.co.id, Senin (14/11).
Baca Juga: Surplus Neraca perdagangan Diprediksi Menyusut Pada Oktober 2022
Faiz memperkirakan, nilai ekspor pada bulan Oktober 2022 sebesar US$ 24,47 miliar, atau turun 11,12% secara tahunan atawa year on year (YoY). Sedangkan nilai impor diperkirakan tumbuh sedikit lebih tinggi ke 24,3% YoY atau US$ 17,17 miliar.
Senada, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman juga sepakat neraca perdagangan pada Oktober akan menyusut. Ia memproyeksikan suprlus perdagangan di bulan lalu hanya US$ 4,42 miliar.
Menyusutnya neraca perdagangan tersebut dikarenakan aktivitas perdagangan global yang melemah. Selain itu, meningkatnya risiko resesi global juga menjadi salah satu faktor utama yang memperlambat kinerja ekspor Indonesia, di tengah menguatnya permintaan domestik.
Dia memperkirakan, nilai ekspor tumbuh lebih lambat sementara impor terlihat meningkat. Menurutnya, nilai ekspor Indonesia pada akan meningkat sebesar US$ 25,08 miliar atau 13,85% YoY, turun dari 20,28% YoY dari September 2022.
Hal ini sebagian besar didorong oleh penurunan harga minyak sawit, meredanya kenaikan harga batu bara, turunnya Baltic Dry Index yang menunjukkan lemahnya volume perdagangan global, dan melambatnya PMI manufaktur di mitra dagang utama yang mengindikasikan melambatnya permintaan ekspor.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Oktober Diproyeksi Melandai, Ini Penyebabnya
Sementara itu, Ia memperkirakan impor Indonesia akan tumbuh sebesar 26,81% YoY atau US$ 17,93 miliar. Nilai impor yang menguat ini didukung oleh PMI manufaktur Indonesia yang masih ekspansif, dan potensi front loading impor untuk persiapan akhir tahun.
Lebih lanjut, Faisal memperkirakan neraca perdagangan ke depannya akan makin menyempit. Impor diperkirakan masih sejalan dengan ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi yang mengindikasikan membaiknya permintaan domestik.
Sementara itu, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas terlihat tertahan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi global, juga yang mengarah pada normalisasi moneter global yang agresif. Sehingga pada akhirnya dapat melemahkan permintaan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News