kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.265   -55,00   -0,34%
  • IDX 7.054   -12,11   -0,17%
  • KOMPAS100 1.055   -0,46   -0,04%
  • LQ45 829   -1,47   -0,18%
  • ISSI 215   -0,04   -0,02%
  • IDX30 424   -0,29   -0,07%
  • IDXHIDIV20 514   0,80   0,15%
  • IDX80 120   -0,19   -0,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   0,30   0,21%

Ekonom Bank Mandiri Sebut RI Bisa Raih Keuntungan dari Ketidakpastian Global Saat Ini


Kamis, 23 Juni 2022 / 07:00 WIB
Ekonom Bank Mandiri Sebut RI Bisa Raih Keuntungan dari Ketidakpastian Global Saat Ini

Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Adanya ketidakpastian global membawa momok terhadap kondisi perekonomian negara-negara di dunia. Dengan demikian, pemulihan ekonomi negara-negara tersebut berpotensi untuk tersendat.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro kemudian menekankan, tidak semua negara akan mengecap pahitnya ketidakpastian global. Malahan, ada negara yang mendapatkan keuntungan dari ketidakpastian ini, termasuk Indonesia.

“Ketidakpastian global ini memang membawa risiko, tapi di satu sisi, Indonesia juga mendapatkan keuntungan dari windfall komoditas. Terlebih Indonesia ini penghasil komoditas yang harganya tinggi seperti crude palm oil (CPO), nikel, batubara,” tutur Andry kepada awak media, Rabu (22/6).

Andry pun menjelaskan kategori negara-negara yang tak seberuntung Indonesia. Menurut pengamatannya, mereka yang buntung karena ketidakpastian global adalah, pertama, negara yang berpenghasilan rendah.

Baca Juga: Ada Ancaman Resesi Ekonomi AS, Cermati Saham Rekomendasi Analis

Kedua, negara bukan penghasil komoditas sehingga saat harga komoditas naik di tengah ketidakpastian, mereka tidak bisa mengisi pundi-pundi negara dari peningkatan harga komoditas ini. Justru sebaliknya, ada peningkatan harga signifikan yang didapat oleh mereka.

Ketiga, negara dengan porsi utang luar negeri yang tinggi. Ketidakpastian global juga ditambah dengan peningkatan suku bunga acuan negara maju maupun negara berkembang. Ini kemudian akan meningkatkan beban utang negara-negara tersebut.

“Ini akan membuat bengkak belanja dengan porsi utang yang besar tersebut. Di satu sisi, mereka tidak mendapatkan windfall komoditas dari sisi pendapatan, sehingga ini akan merugikan negara-negara tersebut,” tandas Andry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

×