kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Ekonom Bank Mandiri Nilai BI BI Masih Punya Ruang untuk Mengerek Suku Bunga Lagi


Rabu, 24 Agustus 2022 / 08:30 WIB
Ekonom Bank Mandiri Nilai BI BI Masih Punya Ruang untuk Mengerek Suku Bunga Lagi

Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Mandiri melihat masih ada ruang bagi Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan suku bunga acuan pada semester II-2022 ini, setelah pada bulan ini BI mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,75%. 

Selain mengerek suku bunga acuan, bank sentral juga menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 3% dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 4,5%. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan, ini seiring dengan ketidakpastian global yang masih membayang, seperti peningkatan inflasi global yang mendorong normalisasi kebijakan moneter global yang lebih cepat daripada perkiraan. 

“Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran akan resesi global, sehingga menjadi sentimen negatif dan hengkangnya modal asing dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Faisal kepada Kontan.coid, Selasa (23/8). 

Baca Juga: Bunga Acuan BI Naik 25 Bps, Ini Efeknya bagi Perbankan

Selain itu, kondisi eksternal Indonesia juga terancam seiring dengan potensi menurunnya surplus neraca perdagangan karena perlambatan aktivitas ekonomi global. 

Sedangkan dari sisi dalam negeri, terbukanya ruang bagi BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan datang dari kemungkinan inflasi umum yang melebihi batas atas target BI yang sebesar 4% yoy. Sehingga, peningkatan suku bunga acuan ini diharapkan bisa menjangkar prospek inflasi ke depan. 

Menurut perkiraan Faisal, inflasi pada semester II-2022 ini berpotensi meningkat karena peningkatan aktivitas ekonomi dan permintaan masyarakat. Belum lagi, pemerintah memberi sinyal adanya peningkatan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Pertalite dan Solar. 

Peningkatan harga ini tak hanya memberi dampak pada inflasi umum, tetapi juga memberi dampak lanjutan ke sektor barang dan jasa sehingga nantinya akan menyundut inflasi inti, atau yang biasa dilihat BI sebagai tolak ukur inflasi secara fundamental. 

Menurut hitungan Faisal, ruang bagi BI untuk menaikkan suku bunga acuan terbuka hingga 50 bps. Sehingga, suku bunga acuan pada akhir tahun 2022 berpotensi berada di level 4,25%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

×