Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Kementerian Pertahanan China mengungkapkan bahwa mereka sedang menyelidiki seorang warganya yang diduga bekerja sebagai mata-mata untuk Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA).
Seorang warga China berusia 39 tahun dengan marga Hao, yang menjabat sebagai kader di salah satu kementerian, pernah menempuh pendidikan di Jepang. Menurut kementerian, di sana lah ia direkrut sebagai mata-mata. Detail mengenai jenis kelamin Hao tidak disebutkan.
Informasi ini keluar kurang dari dua minggu setelah Kementerian Pertahanan China mengungkapkan adanya warga negara lain yang juga diduga direkrut oleh CIA di Italia. Sejauh ini, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beijing dan Tokyo belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.
Baca Juga: CIA: Aksi Pemberontakan Menunjukkan Kerusakan yang Dilakukan Putin Atas Rusia
Kementerian Pertahanan China menjelaskan bahwa Hao pernah bertemu dengan seorang pejabat kedutaan Amerika Serikat yang bernama "Ted" ketika mengurus aplikasi visa. Ted mengajak Hao makan malam, memberinya hadiah, dan memintanya menulis makalah yang Ted janjikan akan dibayar.
Sebelum menyelesaikan tugasnya di kedutaan besar di Jepang, Ted memperkenalkan Hao kepada seorang rekan bernama Li Jun. Hubungan kerjasama antara Li dan Hao terus berlanjut.
Tidak lama setelah itu, Li teridentifikasi sebagai anggota CIA yang bertugas di Tokyo dan mendorong Hao untuk bekerja untuk Amerika. Ia meminta Hao pulang ke China dan bekerja di sebuah unit yang sangat vital.
Hao kemudian menandatangani perjanjian kerja sama spionase dan menerima pelatihan dari Amerika Serikat, demikian menurut pernyataan kementerian.
Baca Juga: AS Konfirmasi Fasilitas Mata-Mata China di Kuba Telah Ada Sejak 2019
Setelah kembali ke China, Hao bekerja di sebuah departemen nasional sesuai instruksi CIA dan memberikan informasi kepada CIA, sementara mendapatkan upah dari Amerika.
Hubungan Amerika Serikat dan China semakin memburuk akibat beberapa isu, termasuk masalah keamanan nasional. Amerika Serikat menuduh China melakukan spionase dan serangan siber, namun China menolak tuduhan tersebut dan menyatakan diri sebagai target mata-mata.
Baru-baru ini, China mengajak warganya untuk berpartisipasi dalam upaya kontra-spionase, menyusul penguatan undang-undang anti-mata-mata pada bulan Juli, yang membuat Amerika Serikat khawatir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News