kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tahun ini, Trans Power Marine (TPMA) kejar pertumbuhan kinerja sebesar 5%-10%


Kamis, 07 Januari 2021 / 07:45 WIB
Di tahun ini, Trans Power Marine (TPMA) kejar pertumbuhan kinerja sebesar 5%-10%

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Trans Power Marine Tbk (TPMA) optimis kinerjanya bisa bertumbuh tahun ini. Tahun ini, emiten jasa pengangkutan barang antar pulau itu mengincar pertumbuhan kinerja sekitar 5%-10% dibanding tahun lalu.

Direktur Trans Power Marine Rudy Sutiono mengatakan, kebutuhan batubara, terutama untuk pasar ekspor seperti Cina sedang tinggi. Walhasil, TPMA yang sebagian besar pendapatannya ditopang dari jasa pengangkutan batubara ikut ketiban rejeki.

Sebagai gambaran, sebagian besar profil pelanggan TPMA saat ini terdiri atas perusahaan-perusahaan tambang batubara yang memasok Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ataupun melakukan penjualan ekspor.

Baca Juga: Jatuh tempo akhir Januari, ini jurus Wijaya Karya (WIKA) lunasi Komodo Bond Rp 5,4 T

Teruntuk pengangkutan ke China, TPMA berperan memberikan jasa pengangkutan barang dengan menggunakan kapal-kapal berukuran 300-330 feet berkapasitas 7.500 ton-10.000 ton milik perusahaan ke kapal yang lebih besar (transhipment).  Nantinya, kapal-kapal besar tersebut yang akan berperan mengangkut batubara ke China. Kapal besar tersebut bukan milik TPMA.

Biasanya, kontribusi pengangkutan komoditas batubara bisa mencapai 80%-90% dari total pendapatan TPMA. Pendapatan sisanya berasal dari pengangkutan barang-barang lain seperti semen maupun kepingan kayu atau woodchip.

Belakangan, kebutuhan jasa transhipment batubara untuk keperluan ekspor menuju Cina melonjak. Akibatnya permintaan jasa yang diterima TPMA melebihi kapasitas terpasang perusahaan. Catatan saja, saat ini TPMA memiliki sebanyak 37 set armada. Setiap 1 setnya terdiri dari 1 tug boat, 1 kapal tongkang, dan 3 buah crane barge.

“Sejak dilarang masuknya batubara Australia ke China, banyak ekspor batubara dari Indonesia (ke China),” kata  Rudi kepada Kontan.co.id, Rabu (6/1).

Menurut Rudi, tren tingginya kebutuhan batubara belum bisa diprediksi secara pasti akan berlangsung hingga berapa lama. Namun menurut taksiran Rudi, tren tersebut bisa saja bertahan hingga kuartal II 2021 mendatang.

Baca Juga: Itama Ranoraya (IRRA) bidik pertumbuhan pendapatan lebih dari 80% di tahun 2021

Harapan TPMA, kebutuhan batubara untuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga bisa mulai meningkat seiring beroperasinya ragam sektor  industri di tengah pemulihan ekonomi. Berbekal harapan tersebut, TPMA berencana terus menjajaki peluang-peluang anyar dengan pelanggan baru, terutama dari sektor batubara.

Selain itu, TPMA berharap bisa memanfaatkan modal kepercayaan pelanggan-pelanggan eksisting untuk mencuil permintaan-permintaan jasa pengangkutan lebih banyak.

“Berdasarkan pengalaman sebelumnya, TPMA mendapatkan kepercayaan dari customer-customer grup besar seperti Sinar Mas Group, Grup ITMG Group, Korindo Group. Holcim, dan lain-lain. Jadi kalau mereka punya quantity pengangkutan yang bertambah, biasanya mereka memberikan kepercayaan pada TPMA,” jelas Rudi.

Selanjutnya: Kimia Farma (KAEF) gandeng Pertamina untuk bangun pabrik bahan baku obat parasetamol

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×