Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gas menjadi salah satu energi andalan sebagai bahan bakar pembangkit listrik di Indonesia. Gas dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) alias gas alam cair juga menjadi penopang pembangkit PT PLN (Persero).
Direktur Energi Primer PLN Rudy Hendra Prastowo memproyeksikan, kebutuhan LNG tahun ini bakal lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu. Pada 2021, kebutuhan LNG diperkirakan di atas 400 triliun british thermal unit (TBTU).
Rudy bilang, kebutuhan LNG akan bergantung pada perkembangan demand listrik. Meski tak menyebut secara detail, dia mengatakan bahwa kebutuhan LNG pada tahun lalu memang lebih mini, yakni di bawah 400 TBTU. Sebab, demand listrik juga anjlok sebagai dampak pandemi covid-19.
Baca Juga: Simak rencana PGN dalam percepatan masterplan infrastruktur gas bumi 2021-2023
"Untuk 2020 memang menurun karena covid. Penyerapan di 2020 di bawah 400 (TBTU). Di 2021 kita proyeksikan di atas 400, semoga demand listrik mendukung," terangnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/1).
Gas memegang peranan penting dalam bauran kelistrikan nasional. Merujuk draft Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2020-2029 yang didapat Kontan.co.id, kebutuhan gas secara keseluruhan untuk pembangkit mencapai 766 TBTU.
Volume kebutuhan gas secara total akan meningkat di atas 800 TBTU hingga2028. Adapun, bauran energi pada tahun 2025 untuk gas alam termasuk LNG direncanakan mencapai 15,3% dengan kebutuhan 939 TBTU.
Untuk mengantisipasi cadangan gas pipa existing yang sewaktu-waktu dapat mengalami depletion lebih cepat, serta lokasi pembangkit berbahan bakar gas yang tersebar, PLN pun telah mengadakan sumber pasokan gas dalam bentuk LNG.
Baca Juga: Elnusa (ELSA) gunakan metode HWU untuk mendukung pengeboran di Blok Mahakam
Perusahaan listrik plat merah itu telah memiliki kontrak pasokan LNG jangka panjang sebanyak 20 kargo per tahun yang dapat ditingkatkan hingga mencapai 60 kargo per tahun pada 2021 dan akan berakhir tahun 2035.
Secara nasional, produksi siap jual (lifting) LNG Indonesia masih bertumpu pada dua kilang, yakni Bontang dan Tangguh. Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Arief Setiawan Handoko membeberkan, untuk tahun 2021, proyeksi lifting Kilang LNG Bontang sebesar 77,74 standar kargo.