kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Data CDC, Ini Efek Samping Vaksin Pfizer pada Anak-Anak Usia 5-11 Tahun


Jumat, 31 Desember 2021 / 23:00 WIB
Data CDC, Ini Efek Samping Vaksin Pfizer pada Anak-Anak Usia 5-11 Tahun

Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Vaksin Covid-19 buatan Pfizer dan BioNTech sebagian besar menyebabkan efek samping ringan pada anak-anak berusia 5 hingga 11 tahun, menurut data yang Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) rilis pada Kamis (30/12).

Mengutip Reuters, data CDC menunjukkan, setelah dosis kedua vaksin Pfizer dan BioNTech, beberapa anak melaporkan nyeri di tempat suntikan dan reaksi sistemik lainnya, seperti kelelahan serta sakit kepala.

CDC mengungkapkan, juga menerima laporan 11 kasus miokarditis, sejenis peradangan jantung, pada anak-anak berusia 5-11 tahun yang telah menerima vaksin Pfizer dan BioNTech. Sebanyak tujuh anak telah pulih dan empat dalam pemulihan saat laporan.

Miokarditis adalah efek samping yang jarang terjadi setelah suntikan vaksin berbasis mRNA.

Laporan CDC menyebutkan, Sistem Pelaporan Kejadian Buruk Vaksin AS (VAERS) menerima 4.249 laporan efek samping, dengan 97,6% di antaranya tidak serius.

Baca Juga: Donald Trump Dikecam Kelompok Anti-vaksin Karena Mendukung Vaksinasi Covid-19

Kasus-kasus tersebut dilaporkan di VAERS dan v-safe, sistem pengawasan keamanan berbasis smartphone sukarela untuk efek samping setelah vaksinasi Covid-19 antara 3 November dan 19 Desember 2021.

CDC mengatakan, sekitar 8,7 juta dosis vaksin Pfizer dan BioNTech telah diberikan kepada anak-anak dalam kelompok usia 5-11 tahun.

Vaksin tersebut mendapat persetujuan di Amerika Serikat untuk anak berusia 5 hingga 15 tahun pada akhir Oktober lalu, dan merupakan satu-satunya suntikan yang diizinkan untuk kelompok usia tersebut.

Sebuah studi terpisah oleh CDC menunjukkan, dua dosis vaksin Pfizer dan BioNTech 92 persen efektif melawan infeksi virus corona pada remaja berusia 12 hingga 17 tahun.

Periode pengamatan untuk analisis itu bertepatan dengan periode dominasi varian Delta di Amerika Serikat, CDC menambahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×