kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Cuma terjadi di 4 negara, WHO: Separuh dari kasus virus corona global


Selasa, 10 November 2020 / 10:00 WIB
Cuma terjadi di 4 negara, WHO: Separuh dari kasus virus corona global

Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Hingga Senin (9/11), data yang masuk ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan, hampir 50 juta kasus virus corona baru global, dan lebih dari 1,2 juta orang meninggal akibat Covid-19.

"Separuh dari semua kasus dan kematian hanya terjadi di empat negara," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat membuka Majelis Kesehatan Dunia secara virtual, Senin (9/11), dikutip dari laman WHO.

Keempat negara itu: Amerika Serikat yang sudah mencatat 10 juta kasus virus corona, mengacu hitungan Reuters pada Senin (9/11), lalu India, Brasil, dan Rusia.

Tapi, Tedros mengatakan, ada banyak negara dan wilayah yang berhasil mencegah atau mengendalikan penularan virus corona, dengan pendekatan komprehensif berbasis bukti.

Baca Juga: Saat gelombang ketiga virus corona, kasus infeksi di AS lampaui 10 juta

Virus corona tidak memandang retorika politik

Meski begitu, beberapa negara, terutama di Eropa dan Amerika, sekarang memberlakukan kembali pembatasan untuk mengatasi gelombang baru virus corona yang mereka hadapi, dan mencegah sistem kesehatan kewalahan.

"Kita mungkin bosan dengan Covid-19. Tapi, itu tidak membuat kita lelah," tegas Tedros.

"Ya, itu (virus corona) memangsa mereka yang kesehatannya lebih lemah. Tapi, itu memangsa kelemahan lain, juga: ketidaksetaraan, perpecahan, penyangkalan, angan-angan, dan ketidaktahuan yang disengaja," imbuhnya.

"Kita tidak bisa bernegosiasi dengannya, atau menutup mata kita dan berharap itu (virus corona) pergi. Dia tidak memperhatikan retorika politik atau teori konspirasi," ujar Tedros.

Harapan satu-satunya adalah sains, solusi, dan solidaritas. "Itulah yang dilakukan WHO sejak awal," sebut dia.

Selanjutnya: Efek perlindungan vaksin corona Pfizer-BioNTech bisa bertahan setahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

×