Sumber: Reuters | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pertumbuhan ekspor China secara tak terduga melambat pada Juli menyusul merebaknya kasus Covid-19. Sementara impor China juga kehilangan momentum, menunjukkan perlambatan di sektor industri negara itu pada paruh kedua bahkan ketika pelonggaran penguncian global telah mendorong arus perdagangan.
China yang merupakan eksportir terbesar dunia telah mencatat pemulihan ekonomi yang mengesankan dari kemerosotan yang disebabkan virus corona dalam beberapa bulan pertama tahun lalu. Ekonomi China cepat bangkit setelah dengan cepat mengatasi pandemi, dan peluncuran vaksinasi yang cepat telah membantu mendorong aktivitas ekonomi.
Tetapi infeksi baru yang menyebar pada bulan Juli 2021, terutama disebabkan strain Delta yang sangat menular telah menyebar ke puluhan kota di China. Ini mendorong otoritas lokal China untuk mengunci komunitas yang terkena dampak, memerintahkan jutaan orang untuk diuji dan sementara menangguhkan operasi beberapa bisnis, termasuk pabrik.
Baca Juga: Perjanjian dagang LCS Indonesia-China dinilai bisa untungkan pengusaha
Banjir musiman dan cuaca buruk bulan lalu juga mempengaruhi produksi industri di beberapa daerah seperti China tengah.
Ekspor di bulan Juli naik 19,3% dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan kenaikan sebesar 32,2% di bulan Juni 2021. Analis yang disurvei Reuters memperkirakan kenaikan ekspor sebesar 20,8%.
"Pandemi memburuk di negara-negara berkembang Asia lainnya, yang mungkin menyebabkan relokasi perdagangan ke China. Tetapi indikator utama menunjukkan ekspor mungkin melemah dalam beberapa bulan mendatang," kata Zhiwei Zhang, kepala ekonom di Pinpoint Asset Management seperti dikutip Reuters.
Wabah kasus Covid-19 di provinsi Cina timur dan selatan, pusat ekspor utama negara itu, telah mengurangi produksi pabrik.
Selain hambatan dari upaya untuk melawan penyebaran varian Delta, eksportir China juga berjuang dengan kekurangan pasokan semikonduktor global, kemacetan logistik, biaya bahan baku dan pengiriman yang lebih tinggi.
"Meskipun pesanan pulih, ada terlalu banyak ketidakpastian di paruh kedua tahun ini, seperti bagaimana epidemi domestik berkembang dan biaya bahan baku. Dan pada saat yang sama, kapasitas produksi asing perlahan meningkat," kata seorang ekspor manajer penjualan yang berbasis di Suzhou bermarga Ye.
Semenara, impor China di bulan Juli 2021 naik 28,1% lebih lambat dari tahun sebelumnya. Angka pertumbuhan ini lebih rendah dari pertumbuhan sebesar 36,7% di bulan sebelumnya.
Permintaan telah turun dalam beberapa bulan terakhir untuk bijih besi, bahan utama dalam pembuatan baja.
Impor minyak mentah China, rebound pada Juli dari level terendah enam bulan karena kilang minyak meningkatkan produksi setelah kembali dari pemeliharaan.
Aktivitas pabrik China berkembang pada kecepatan yang lebih lambat pada bulan Juli karena biaya bahan baku yang lebih tinggi, pemeliharaan peralatan dan cuaca ekstrim.
China mencatat surplus perdagangan sebesar US$ 56,58 miliar pada bulan Juli 2021. Lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan jajak pendapat Reuters yang sebesar US$ 51,54 miliar. Juga lebih tinggi dari surplus US$ 51,53 miliar pada bulan Juni 2021.
Surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat naik menjadi US$ 35,4 miliar pada Juli 2021, naik dari US$ 32,58 miliar pada bulan Juni.
Baca Juga: Prediksi Chatib Basri : Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021 di kisaran 4%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News