kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

China Tak Ingin Terkena Efek dari Sanksi Ekonomi Barat terhadap Rusia


Rabu, 16 Maret 2022 / 12:26 WIB
China Tak Ingin Terkena Efek dari Sanksi Ekonomi Barat terhadap Rusia
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan, China tidak ingin terkena efek dari sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia.

Sumber: Channel News Asia,Xinhua | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China tidak ingin terkena efek dari sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Selasa (15/3), ketika tekanan tumbuh di Beijing untuk menarik dukungan dari Moskow.

Beijing telah menolak untuk mengutuk sekutu dekatnya Rusia atas invasi ke Ukraina, dan menyalahkan Amerika Serikat dan "ekspansi ke Timur" NATO untuk memperburuk ketegangan.

"China bukan pihak dalam krisis, apalagi ingin terkena sanksi," kata Menteri Luar Negeri Wang Yi dalam transkip panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares yang terbit pada Selasa (15/3).

China "selalu menentang penggunaan sanksi untuk menyelesaikan masalah, apalagi sanksi sepihak yang tidak memiliki dasar dalam hukum internasional," ungkap Wang, seperti dikutip Channel News Asia.

Baca Juga: Invasi Hari ke-20: Rusia Kuasai Penuh Provinsi Kherson di Ukraina Selatan

Komentar Wang meluncur setelah pertemuan tujuh jam antara pejabat tinggi AS dan China di Roma, Italia, dengan Washington menyatakan keprihatinan tentang "penyelarasan" hubungan antara Rusia dan China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian pada Selasa (15/3) menyatakan, Beijing "sangat mendesak AS untuk tidak membahayakan hak dan kepentingan sah China ketika menangani hubungan dengan Rusia".

Ditanya tentang artikel yang menyebutkan Moskow telah meminta bantuan Beijing, Zhao menuduh AS "menyebarkan disinformasi" terhadap China.
"Tujuan kami sangat jelas, untuk mempromosikan de-eskalasi situasi dan mengakhiri konflik," tegasnya.

Dalam pertemuan Roma pada Senin (14/3) dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, diplomat senior China Yang Jiechi menegaskan kembali sikap negaranya bahwa Beijing "berkomitmen untuk mempromosikan pembicaraan damai", Xinhua melaporkan pada Selasa (15/3).

China meminta semua pihak untuk melakukan "pengekangan maksimum" dan "melindungi warga sipil" dalam krisis Ukraina. Komunitas internasional harus mendukung pembicaraan semacam itu untuk mencapai hasil substantif sesegera mungkin, Yang menambahkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×