kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Cegah bentrokan, PM Thailand desak royalis dan pengunjuk rasa menahan diri


Rabu, 11 November 2020 / 06:22 WIB
Cegah bentrokan, PM Thailand desak royalis dan pengunjuk rasa menahan diri

Sumber: Channel News Asia | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Ketika ketegangan meningkat antara kelompok royalis dan pengunjuk rasa yang menyerukan reformasi monarki, Perdana Menteri Thailand Prayut Chan-o-cha mendesak semua pihak menahan diri.

Thailand sudah berbulan-bulan menyaksikan demonstrasi besar-besaran yang dimotori oleh mahasiswa yang menyerukan reformasi demokrasi. Beberapa tokoh mahasiswa yang lebih berani mengeluarkan tantangan terhadap monarki Thailand yang tak tergoyahkan.

Tuntutan gerakan tersebut telah mengirimkan gelombang kejutan kepada royalis, memacu kelompok-kelompok monarki untuk melakukan protes tandingan yang telah menyebabkan beberapa perkelahian kecil dengan pengunjuk rasa.

Prayut, yang pencopotan jabatannya merupakan salah satu tuntutan utama gerakan itu, mengatakan pada Selasa (10/11), kedua belah pihak berhak untuk "mengungkapkan pendapat mereka" selama itu sesuai dengan hukum.

Baca Juga: Raja bilang tetap mencintai pengunjuk rasa, Thailand adalah tanah kompromi

Unjuk rasa di Bangkok

Polisi kembali mengerahkan meriam air 

"Konfrontasi bukanlah cara untuk menyelesaikan suatu masalah," katanya seusai rapat kabinet seperti dikutip Channel News Asia.

"Saya mendesak semua pihak untuk menahan diri dari bentrokan dan melanggar hukum secara berlebihan, di mana pihak berwenang harus menggunakan setiap langkah untuk menegakkan hukum," ujar Prayut.

Seruan Prayut datang dua hari setelah polisi mengerahkan meriam air sebagai "peringatan" terhadap pengunjuk rasa yang berusaha mengirimkan surat kepada Raja Maha Vajiralongkorn.

Ini baru kedua kalinya penggunaan meriam air polisi gunakan dalam menghadapi pengunjuk rasa.

Baca Juga: Partai oposisi terbesar ke PM Thailand: Mohon mundur dan segalanya akan berakhir baik

Prayut, mantan panglima militer yang berkuasa pada 2014, menegaskan, pemerintah tidak "memihak".

Namun sejauh ini, puluhan aktivis dan pemimpin mahasiswa telah ditangkap dan didakwa karena ikut serta dalam protes tersebut. Beberapa menghadapi tuduhan penghasutan yang sangat serius, undang-undang yang jarang digunakan dengan hukuman maksimum seumur hidup di penjara.

Polisi tidak diketahui melakukan penangkapan selama unjuk rasa royalis.

Selanjutnya: Keadaan darurat dicabut, pendemo tetap minta PM Thailand mundur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×