Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Guna mengurangi beban, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berupaya melakukan restrukturisasi utang termasuk kepada perbankan. Maskapai penerbangan pelat merah itu tercatat memiliki kredit di sejumlah bank.
Bank Negara Indonesia (BNI) misalnya mencatat total eksposur kredit ke Garuda Group Rp 5,2 triliun per September 2021. Pembiayaan itu terdiri dari Rp 2,3 triliun untuk induk perusahaan dan sekitar Rp 2,8 triliun kepada anak perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat.
Sementara sisanya kepada anak perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan minuman (Food & Beverage).
“Kami telah meningkatkan loan loss reserve berdasarkan kondisi underlying nasabah, hampir mencapai 60% per September 2021 untuk seluruh eksposur kredit Garuda Group. Meningkat 8% pada Desember 2020,” ujar David Pirzada, Direktur Manajemen Risiko BNI dalam Analyst Meeting kuartal III-2021 belum lama ini.
Ia menambahkan, khusus untuk induk perusahaan yakni Garuda Indonesia, BNI telah menyiapkan provision coverage hingga mencapai 100%. Kendati demikian, BNI sudah berhasil menurunkan non performing loan (NPL) menjadi 3,8% di Desember 2021. Turun 0,5% dibanding posisi Desember 2020 di level 4,3%.
Baca Juga: Asosiasi kurator dukung penyelesaian utang Garuda lewat pengadilan
“BNI juga terus melakukan pemantauan dan assessment yang ketat untuk mengetahui kondisi debitur kami dan memberikan support untuk debitur yang mengalami kesulitan di masa pandemi ini,” jelasnya.
Secara keseluruhan kondisi kualitas portfolio BNI lebih baik dibanding tahun 2020 tercermin dari menurunnya rasio loan at risk (LAR) dari 28,7% di Desember 2020 jadi 25,2% di September 2021.
BNI juga terus meningkatkan NPL coverage ratio yang naik dari 182% di Desember 2020 menjadi 227% di September 2021.
Garuda juga telah menarik kredit dari Bank Rakyat Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan BRI per September 2021, penyaluran kredit ke Garuda mencapai Rp 3,97 triliun dan kepada Garuda Maintenance Facility Aero Asia senilai Rp 2 triliun.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan BRI terus melakukan monitoring secara intens terhadap kredit Garuda. Secara umum, BRI telah menyiapkan pencadangan (NPL coverage) di kisaran 252,94% hingga kuartal III-2021.
Bank Mandiri juga memiliki eksposur kredit ke Garuda, sayangnya manajemen tidak merinci jumlah pembiayaan yang telah disalurkan.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan sesuai dengan arahan Kementerian BUMN, bank akan berkoordinasi bersama kreditur dan pihak terkait lainnya.
“Dengan tetap mengendepankan prinsip tata kelola yang baik untuk mendapatkan solusi yang optimal dalam penyelesaian kewajiban Garuda Indonesia,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (11/11).
Sebelumnya, terungkap utang Garuda mencapai US$ 9,8 triliun, setara dengan Rp 140 triliun (asumsi kurs Rp 14.247).
Dari jumlah utang itu, utang terbesar berasal dari kewajiban pembayaran sewa pesawat kepada lessor yakni sebanyak US$ 6,3 miliar.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo atau yang akrab disapa Tiko memaparkan, utang Garuda sebesar US$ 7 miliar, plus utang dari lessor menjadikan total utang mencapai US$ 9,8 miliar.
Tiko menyebut, Garuda sudah menyiapkan proposal restrukturisasi untuk melakukan renegosiasi dengan para lessor guna mengurangi utang. Targetnya, Garuda akan menekan utangnya menjadi US$ 3,69 miliar.
Baca Juga: Jika restrukturisasi utang berhasil, kinerja Garuda (GIAA) baru bisa pulih di 2023
Ia menyatakan terdapat tiga opsi restrukturisasi yang akan diambil oleh Garuda. Salah satunya, Garuda akan menempuh pembatalan nilai utang dan tunggakan secara material.
Pengurangan utang akan dilakukan untuk tipe-tipe kreditur tertentu. Untuk kreditur BUMN, seperti Airnav, Gapura, dan bank-bank himbara, Garuda akan menerbitkan zero coupon bond (ZCB). ZCB merupakan instrumen surat utang tanpa bunga hingga jatuh tempo.
Selanjutnya untuk tunggakan terhadap Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, lessor, vendor, sukuk, bank swasta, hingga pembelian pesawat yang ditangguhkan, Garuda akan menerbitkan new coupon debt.
Sementara untuk utang pajak dan karyawan hingga obligasi wajib konversi, Garuda akan tetap menghitung sebagai utang penuh.
Tiko menyatakan sukses tidaknya upaya restrukturisasi ini tergantung negosiasi dengan para lessor.
Selanjutnya: Penerbangan Garuda Indonesia bakal langka tahun depan, mengapa?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News