kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bunga pinjaman fintech lending ditentukan hal-hal ini


Jumat, 19 Februari 2021 / 09:10 WIB
Bunga pinjaman fintech lending ditentukan hal-hal ini

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) telah lama menetapkan batas maksimum bunga pinjaman 0,8% per hari. Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah menyatakan penghitungan bunga itu dipengaruhi oleh berbagai hal.

Ia bilang pinjaman yang menyasar sektor produktif relatif memiliki suku bunga yang lebih rendah. Lantaran memiliki tenor yang lebih panjang dibandingkan pembiayaan multiguna.

"Suku bunga itu, biaya apa aja? Digital marketing, administrasi, dan bunga pemilik dana. Jadi bunga 0,8% itu tidak semua dibalikkan ke pemilik dana, kan ada biaya risiko seperti asuransi," ujar Kuseryansyah dalam diskusi virtual.

Baca Juga: OJK ingin bunga pinjaman fintech P2P lending bisa turun pada 2021

Sebab dalam menjalankan bisnis, P2P lending juga memiliki biaya operasional seperti kebutuhan internet, mitigasi risiko, sewa tanda tangan digital, maupun investasi teknologi. Ia bilang bila biaya operasional bisa ditekan, maka penurunan bunga pinjaman akan mengikuti.

“Salah satu yang sedang diupayakan bersama OJK memang terkait credit scoring untuk UMKM agar lebih baik, lebih ada kepastian bayar, dan biaya risiko turun maka bunga nya bisa juga diturunkan,” paparnya.

PT Pembiayaan Digital Indonesia sebagai penyelenggara P2P lending AdaKami menyatakan biaya untuk mendapatkan pinjaman terbilang tinggi. Direktur Utama AdaKami Bernardino M. Vega megamini biaya operasional seperti tanda tangan digital, asuransi, dan mitigasi membutuhkan biaya tersendiri.

“Terakhir kita juga harus menyediakan biaya untuk marketing. Di kita paling tinggi itu marketing. Kebanyakan nasabah-nasabah kami, bukan semata billboard atau tv, dia harus ada akses ke internet berarti penonton Youtube, Netflix, atau pengguna smartphone. Mereka ah pengguna kita, itu lah cost-nya relatif besar,” pungkasnya.

Selanjutnya: P2P lending AdaKami targetkan penyaluran pinjaman Rp 12 triliun pada 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×