kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Budi Gunadi ungkap penyebab kematian pasien Covid-19 di rumah sakit lebih cepat


Selasa, 03 Agustus 2021 / 06:35 WIB
Budi Gunadi ungkap penyebab kematian pasien Covid-19 di rumah sakit lebih cepat

Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kasus kematian akibat virus corona (Covid-19) di Indonesia terus berada dalam angka yang tinggi. 

Penambahan kasus kematian di Indonesia berada di atas 1.000 kasus per hari. Salah satu faktor penyebab melonjaknya kematian di Indonesia disebabkan oleh terlambatnya penanganan Covid-19.

"Kematian yang terjadi peningkatan sekarang penyebab utamanya karena terlambat tertangani di rumah sakit," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat konferensi pers usai rapat terbatas, Senin (2/8).

Budi bilang pemerintah telah melakukan analisis terkait kasus kematian di Indonesia. Berdasarkan pemantauan Kementerian Kesehatan, kasus kematian di rumah sakit berlangsung lebih cepat dari sebelum adanya lonjakan kasus.

Baca Juga: Permudah akses layanan kesehatan, Dompet Dhuafa dorong Crisis Center

Sebelumnya kasus kematian di rumah sakit rata-rata terjadi setelah 8 hari perawatan. Namun, saat terjadi lonjakan, rata-rata kematian terjadi pada 3-4 hari setelah perawatan. "Kata juga lihat dulu wafatnya kebanyakan di ICU, di IGD paling cuma 1%-2%, sekarang di IGD hampir 20%," terang Budi.

Bekas Wakil Menteri BUMN itu juga menyebut tak jarang terjadi kasus pasien meninggal sebelum mendapat perawatan di rumah sakit. Budi bilang banyak pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi saturasi oksigen sudah turun.

Terdapat pasien yang masuk ke rumah sakit dengan saturasi di bawah 80%. Hal itu mengindikasikan virus telah menyebar ke paru-paru dan mengganggu fungsi pernapasan.

Salah satu penyebab terlambatnya penanganan tersebut berkaitan dengan kurangnya pengetesan. Budi menyebut hal itu dapat terjadi akibat kurangnya edukasi terkait Covid-19. "Mungkin karena edukasi masyarakat perkiraan kita, sehingga orang takut kalau kena Covid-19,  seperti aib," ungkap Budi.

Selain itu, kurangnya edukasi dalam penanganan Covid-19 juga menjadi masalah. Sehingga saat isolasi mandiri, saturasi tak menjadi perhatian pasien Covid-19.

Selanjutnya: Industri elektronika didorong pasok AC dan kipas angin untuk Penanganan Covid-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×