kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BPS Menilai Efek Kenaikan Harga BBM Bisa Ditekan, Ini Syaratnya


Rabu, 31 Agustus 2022 / 05:00 WIB
BPS Menilai Efek Kenaikan Harga BBM Bisa Ditekan, Ini Syaratnya

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) menilai dampak inflasi dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bisa diminimalisir. Syaratnya, bantuan sosial (bansos) dari pemerintah dapat tersalurkan dengan baik.

Kapala BPS Margo Yuwono mencontohkan, pemerintah bisa mengambil pelajaran dari kenaikan harga BBM yang dilakukan  di 2005, yang mana harga bensin saat itu naik 32,6%. Kemudian solar naik 27,3%.

Kemudian, kenaikan lanjutan terjadi pada Oktober 2005, dimana bensin naik 87,5% dan solar naik 104,8%. Akibat kenaikan harga BBM tersebut, karena BBM digunakan untuk konsumsi seluruh sektor, inflasi kala itu naik ke level 17,11%.

Baca Juga: Bansos Diguyur Tanda Harga BBM Akan Naik

Sementara itu, pada 2013, BPS mencatat pemerintah juga menaikkan bensin sebesar 44,4% dan solar 22,2%. Akibat kenaikan BBM tersebut inflasi mencapai 8,38%, kenaikannya lebih rendah jika dibandingkan inflasi di 2005.

Kemudian, kenaikan harga BBM kembali dilakukan pada November 2014, bensin naik 30,8% dan solar 36,4%, dengan laju inflasinya tercatat 8,36%.

“Kenapa dampak dari kenaikan BBM ini lebih rendah  daripada di 2005? Ini karena di 2013-2014 kebijakan bansosnya sudah mulai bagus. Sehingga dampak daripada inflasi itu bisa ditekan,” tutur Margo dalam agenda Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Selasa (30/8).

Ia mengatakan, laju inflasi bisa di tahan agar tidak terlalu tinggi, jika pemerintah memberikan bansos terutama pada golongan menengah dan rentan. Selain itu, Margo juga meminta agar pemerintah berhati-hati, sebab setiap inflasi melonjak tinggi, maka konsumsi rumah tangga akan turut tertekan. Masalahnya, konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama dalam pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Terlalu Kecil, Ekonom Menilai Bansos Rp 24,17 Triliun Tak Mampu Redam Tekanan Inflasi

Ia menambahkan, saat harga BBM naik di 2005, konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi dari 4% ke 3,20%. Demikian halnya di 2013 dan 2014, dimana konsumsi rumah tangga juga mengalami penurunan, pada 2013 tercatat dari 5,43% turun menjadi 5,15% persen pada 2014, dan kembali turun menjadi 4,96% pada 2015.

“Jangan sampai inflasi kita tinggi di masing-masing daerah yang akan menggerus daya beli masyarakat dan nanti  ekonominya akan turun cukup signifikan karena pengaruhnya terhadap konsumsi pemerintah,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×