kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bos BNI sebut biaya dana akan melejit bila tak lakukan penguatan modal


Jumat, 10 September 2021 / 08:20 WIB
Bos BNI sebut biaya dana akan melejit bila tak lakukan penguatan modal

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di level 18,18 per Juni 2021. Direktur Utama BNI Royke Tumilaar bilang posisi itu tidak jauh dengan posisi empat bank besar lainnya. 

Pada paruh pertama 2021, CAR Bank Mandiri (BMRI) di level 18,94%, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) di posisi 19,63%, dan Bank Central Asia (BBCA) di level 25,33%. Kendati demikian, Royke menyatakan CAR bank bersandi saham BBNI itu memiliki rasio modal tier 1 yang lebih rendah di level 15,99%.

“CAR BNI itu 18,18%, karena sebelumnya kami sudah issued sub debt. Tier 1 kami jauh di bawah peers. Sedangkan tiers 2 di level 2,91%. Sehingga kami membutuhkan tambahan modal. Juga sebagai antisipasi ketidakpastian global, pandemi, digitalisasi, dan kebijakan makro,” papar Royke di Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI pada Kamis (9/9).

Ia bilang, bila tidak ada penguatan modal inti, lembaga rating bisa saja menurunkan rating BNI. Ia mengaku ini akan menjadi ancaman ke depannya bagi kinerja perbankan. 

Baca Juga: Gandeng BukuWarung, Modalku perluas akses pembiayaan UMKM segmen mikro

“Karena bila rating diturunkan, akan terjadi kenaikan cost of fund. Pandemi juga belum berakhir, sebagai antisipasi kami perlu perkuat modal inti di tengah ketidakpastian ini. Tentunya modal inti ini akan kami lakukan untuk ekspansi kredit, organik, dan anorganik,” jelas Royke. 

Asal tahu saja, BNI membukukan Pendapatan Operasional Sebelum Pencadangan mencapai Rp 16,1 triliun per semester 1-2021. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan Pendapatan Bunga Bersih (NII) sebesar 18,2% year on year (yoy) atau mencapai Rp 19,3 triliun. Selain itu Fee Based Income tumbuh hingga 19,2% YoY dari posisi Juni tahun lalu sebesar Rp 6,8 triliun. 

Total kredit yang disalurkan naik 4,5% YoY dibandingkan Juni tahun lalu, lebih tinggi dari rata-rata total perbankan yang hanya mencatatkan pertumbuhan kredit 0,6%, dengan fokus pada sektor-sektor usaha prospektif dengan risiko rendah, baik pada segmen business banking maupun consumer banking.

Adapun Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat tumbuh sehat 4,5% YoY dengan fokus pada giro dan tabungan. Kualitas aset terus membaik. Jika memperhitungkan pencadangan atau CKPN yang telah dibentuk secara prudent sejak tahun lalu, maka Net NPL hanya 0,9%. 

Baca Juga: Begini strategi Bank BTN untuk memacu penyaluran KPR hingga akhir tahun

Laba bersih BNI meningkat 12,8% secara YoY atau sebesar Rp 5,0 triliun pada semester I-2021, diikuti pondasi keuangan yang kuat dalam bentuk pencadangan sebesar 215,3%.

Adapun level efisiensi operasional yang baik dengan cost to income ratio di level 40,7%, serta rasio kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio di level 18,2%.

Selanjutnya: BTN akan perluas dukungan pembiayaan terhadap segmen UMKM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×