kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BOR di atas 75%, ketersediaan barang penanganan Covid-19 masih jadi persoalan


Jumat, 16 Juli 2021 / 09:35 WIB
BOR di atas 75%, ketersediaan barang penanganan Covid-19 masih jadi persoalan

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka keterisian tempat tidur alias bed occupancy rate (BOR) nasional untuk penanganan Covid-19 mencapai 76,9% per 14 Juli 2021 lalu. Untuk beberapa daerah seperti DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur memiliki angka BOR yang lebih tinggi lagi untuk penanganan pasien Covid-19, yaitu di atas 80% pada tanggal yang sama.

Di tengah angka keterisian tempat tidur yang tinggi itu, pihak rumah sakit masih menjumpai persoalan ketersediaan pada beberapa barang tertentu yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19. 

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi), Lia Gardenia Partakusuma mengatakan, persediaan stok nasional untuk beberapa obat terapi Covid-19 tertentu seperti Immunoglobulin, Remdesivir, dan Tocilizumab kosong per 15 Juli 2021 pada pukul 09.00 WIB. Akibatnya, pihak rumah sakit tidak bisa melakukan pembelian dan hanya mengandalkan stok persediaan obat  yang dimiliki. 

Baca Juga: Itama Ranoraya (IRRA) menyebut harga alat test Covid-19 turun sejak tahun lalu

Selain itu, persoalan ketersediaan juga dijumpai pada oksigen. Lia mencatat, kebutuhan oksigen nasional masih lebih besar dibanding ketersediaan oksigen di lapangan. “O2 (oksigen) kebutuhan nasional sekitar 2200 ton per hari, baru tersedia 1800 ton per hari yang di lapangan,” kata Lia kepada Kontan.co.id, Kamis (15/7).

Harapan Lia, upaya pencegahan penularan pasien Covid-19 oleh semua pihak bisa terus digencarkan demi menekan jumlah pasien Covid-19 ke rumah sakit. Selain itu, Lia juga menilai perlu ada skema penyaluran untuk pasien-pasien Covid-19 ringan.

“Rumah sakit saat ini  harus benar-benar seleksi pasien,  pasien sedang - berat - kritis saja yang dirawat. Perlu ada penyaluran untuk pasien-pasien ringan - sedang. Perlu ada isoman terpusat, atau kalau di rumah mungkin bisa dipantau secara digital bersama nakes (tenaga kesehatan),” ujar Lia

Dihubungi terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Widyawati mengatakan bahwa Kemenkes terus berupaya menjamin pemenuhan ketersediaan barang-barang yang dibutuhkan dalam penanganan Covid-19. 

Baca Juga: Permintaan obat dan multivitamin naik, emiten farmasi BUMN jaga pasokan bahan baku

“Strategi yang dilakukan antara lain memperkuat perencanaan kebutuhan, membangun jejaring dengan industri, mengundang partisipasi dunia usaha maupun komponen masyarakat, serta menggalang kerjasama internasional,” kata Widyawati kepada Kontan.co.id (14/7).

Menyoal ketersediaan oksigen, Widyawati berujar bahwa Kemenkes sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Perindustrian, Pertamina, dan para perusahaan gas seperti PT Samator, PT Aneka Gas Industri Tbk, Iwatani Gas Industri, dan lain-lain untuk memetakan ketersediaan gas yang ada dan kebutuhan di rumah sakit. 



TERBARU

×