kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BOPO perbankan menggemuk gara-gara pandemi


Rabu, 20 Januari 2021 / 20:00 WIB
BOPO perbankan menggemuk gara-gara pandemi

Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi tak cuma menghantam kinerja, operasi perbankan juga tercatat tak efisien. Ini dibuktikan dari meningkatnya rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang meningkat dari 79,58% pada 2019 menjadi 86,55% akhir tahun lalu. 

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo mengamini kondisi tersebut. Rasio BOPO BRI pun tercatat meningkat dari 70,50% pada September 2019 menjadi 80,64% pada September 2020.

“Kenaikan BOPO dikarenakan adanya tekanan pendapatan bunga akibat restrukturisasi yang masif kami lakukan sejak Maret 2020 sebagai upaya penyelamatan UMKM terimbas pandemi,” ujarnya kepada KONTAN, Rabu (20/1).

Baca Juga: Bank penyalur KPR FLPP bertambah jadi 38, ini daftarnya

Sebagai bank terbesar di tanah air, BRI juga mencatat nilai restrukturisasi paling gede mencapai Rp 218,6 triliun kepada 2,8 juta debitur. Ini setara 22,5% total kredit yang direstrukturisasi imbas pandemi selama 2020. 

Tingginya restrukturisasi ini yang memang membuat pendapatan bunga BRI terkontraksi sampai 5,4% (yoy) pada September 2020. Sementara Haru menambahkan, sejatinya perseroan juga telah berupaya menekan rasio BOPO semaksimal mungkin. 

“Kami tetap tumbuh secara selektif ke segmen UMKM, terutama mikro dan sektor yang relatif tak terdampak pandemi secara signifikan guna menjaga biaya pencadangan,” sambungnya.

Sementara dari aspek efisiensi biaya, BRI juga makin fokus menghimpun dana murah, dan mengembangkan infrastruktur teknologinya. 

Baca Juga: OJK usul spin off UUS bersifat suka rela, ini kata bankir

Meski demikian masih ada pula bank yang berhasil menekan rasio BOPO pada situasi pandemi kini. PT BPD Sumater Utara misalnya mencatat penurunan BOPO dari 80,38% pada 2019 menjadi 80,22% akhir tahun lalu.

“Rasio BOPO kami menurun sekitar 0,16%, karena kami berhasil mengoptimalkan dana murah dan efisiensi sektor operasional,” ungkap Corporate Secretary Bank Sumut Syahdan Siregar kepada KONTAN. 

Selanjutnya: Jalankan bank digital, BCA akan mengacu pada aturan OJK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×