Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pekan lalu, Joe Biden telah resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) yang ke-46. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan efek Joe Biden tidak akan berpengaruh terhadap foreign direct investment (FDI) dari Negeri Paman Sam.
“Saya pikir landai-landai saja tidak ada sesuatu yang membuat kita khawatir atau gimana. Jadi kalau ditanya kekawatiran ada enggak dengan naiknya Joe Biden. Kalau saya melihat data yang terakhir sih landai landai saja yang enggak ada masalah, tinggal bagaimana kita melakukan pola komunikasi yang baik khususnya di perdagangan,” kata Bahlil dalam Konferensi Pers Realisasi Investasi Kuartal IV-2020, Senin (25/1).
Adapun BKPM mencatat, realiasi FDI atau penanaman modal asing (PMA) sepanjang 2020 sebesar US$ 28,66 miliar. Amarika Serikat menduduki posisi FDI kedelapan terbanyak dari realiasi Januari-Desember 2020 yakni mencapai US$ 749 miliar yang tersebar dalam 1.472 proyek. “Kita dari Amerika lima tahun terakhir republik atau demokrat yang menang itu tidak terlalu berdampak signifikan terhadap realisasi investasi Amerika di Indonesia,” ujar Bahlil.
Baca Juga: Realisasi investasi asing ke Indonesia turun di tahun lalu, ini kata BPKM
Kendati demikian, besar harapan Bahlil agar fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) untuk Indonesia dari Amerika Serikat diharapkan terus berlangsung. Karenanya, hal tersebut dampat berdampak tehadap kemudahan-kemudahan berusaha di Indonesia, sehingga menjadi stimulus yang diharapkan mendorong investasi. “Harapan saya Joe Biden menambah investasi lah untuk suruh pengusaha Amerika ke Indonesia,” ujar Bahlil.
Sebagai info, berdasarkan negara asal PMA, pada Januari-Desember 2020 secara berurutan terbanyak berasal dari Singapura US$ 9,8 miliar, China US$ 4,8 miliar, Hongkong US$ 3,5 miliar, Jepang US$ 2,6 miliar, dan Korea Selatan US$ 1,8 miliar.
Adapun nilai investasi asing itu tersebar dalam 16.786 proyek. Secara nilai investasi, proyek yang paling banyak menyumbang PMA yakni industri dasar, barang logam, dan bukan mesin, dan peralatannya, US$ 1,48 miliar. Kemudian, listrik, air, dan gas US$ 1,36 miliar. Lalu, gudang dan telekomunikasi US$ 1,13 miliar. Sisanya, berasal dari industri kertas percetakan, kendaraan bermotor, dan pertambangan yang berkontribus di bawah US$ 600 juta.
Selanjutnya: Moncer, realisasi investasi tembus Rp 826,3 triliun sepanjang 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News