Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) kembali mengukir level tertingginya. Bahkan kenaikan tersebut turut mengangkat harga sejumlah altcoin.
Mengutip Trading Economic pada Jumat (11/7) pukul 18.45 wib, harga bitcoin berada di level US$ 117.76 atau naik 1,50% dibanding hari sebelumnya. Sejak awal tahun, kenaikannya sudah mencapai 26,25%.
Kenaikan tajam tersebut turut memicu likuidasi posisi di pasar derivatif terbesar sepanjang tahun ini dengan nilai total likuidasi lebih dari US$1,13 miliar dalam 24 jam terakhir.
Kenaikan harga Bitcoin tersebut juga mengangkat harga altcoin besar seperti ETH, DOGE, XRP, ADA, SUI, LINK, dan SOL yang rata-rata naik 5% lebih. Beberapa altcoin utama lainnya dengan kapitalisasi pasar yang lebih kecil seperti ALT, REZ, SAGA bahkan mengalami kenaikan sekitar 50%.
Baca Juga: Bitcoin Tembus Rekor Tertinggi, Kapitalisasi Pasar Kripto Global Capai Rp 56.144 T
Likuidasi terbesar terjadi pada Bitcoin futures sebesar US$ 590 juta, diikuti ETH futures US$ 241 juta, dengan dua platform exchange global menjadi tempat paling banyak terjadinya forced-close, masing-masing mencatat US$461 juta dan US$193 juta likuidasi.
Diperkirakan sebanyak 237.000 trader terkena likuidasi akibat kenaikan lanjutan Bitcoin tersebut, dengan satu posisi short BTC-USDT terkena likuidasi terbesar senilai US$ 88,5 juta.
Lonjakan harga ini didorong oleh sentimen bullish yang kuat, terbukti dari open interest Bitcoin futures yang naik US$2 miliar hanya dalam 4 jam dan long-short ratio yang kini condong ke posisi long (52%).
Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku menilai likuidasi short seller yang terjadi merupakan sinyal klasik “short squeeze”, di mana reli harga semakin cepat karena tekanan beli paksa dari likuidasi posisi short yang terlalu padat.
Menurutnya, bagi investor kripto, momen ini menggarisbawahi pentingnya disiplin manajemen risiko dan tidak over-leverage atau menggunakan posisi leverage dengan tingkat yang terlalu tinggi, terutama saat tren bullish di pasar kripto masih cukup kuat, meskipun pada situasi dimana katalis positif jangka pendek dirasa minim.
Memiliki posisi di instrumen futures pada dasarnya digunakan untuk menyeimbangkan risiko seperti terhadap posisi yang dimiliki investor di pasar spot. Namun, banyak trader memanfaatkan pasar futures untuk lebih mengoptimalkan keuntungan dengan berspekulasi terhadap potensi pergerakan pasar.
Hal ini membuat pasar futures dapat menjadi indikator sentimen pasar untuk memprediksi potensi arah pasar ke depan.
“Lonjakan open interest dan perpindahan sentimen ke posisi long bisa membuka peluang kenaikan harga lanjutan dalam jangka pendek, tetapi volatilitas ekstrem tetap harus diantisipasi, karena reli berbasis likuidasi sering diikuti oleh fase konsolidasi atau retrace setelah euforia mereda,” jelas Fahmi kepada Kontan, Jumat (11/7).
Baca Juga: Daftar Pemilik Bitcoin Terbesar di Dunia Tahun 2025: Bursa, Korporasi, hingga Negara
Selain itu, posisi The Fed untuk tetap mempertahankan tingkat suku bunga yang ada saat ini pada pertemuan FOMC berikutnya juga terbilang masih relatif cukup kuat. Hal ini mengingat belum adanya sinyal dari para pejabat The Fed termasuk Jerome Powell terhadap langkah penurunan suku bunga di bulan Juli ini.
Perkembangan data ekonomi AS masih akan menjadi faktor penentu berlanjutnya reli yang ada, khususnya dalam jangka pendek.
Terlepas dari potensi ketidakpastian yang ada, Fahmi menyebut bahwa Bitcoin telah menunjukkan kekuatan permintaan yang sangat tinggi. Tren adopsi institusi seperti melalui strategi Bitcoin treasury serta semakin diliriknya Bitcoin oleh para investor di pasar modal Amerika Serikat disinyalir menjadi faktor-faktor di balik peningkatan permintaan yang terjadi.
Selain juga permintaan dari para whale dan miner Bitcoin yang telah mengakumulasi selama bertahun-tahun yang terlihat tidak melemah. Faktor-faktor tersebut berpotensi memperkuat level harga Bitcoin dalam setiap potensi fluktuasi ke depan, yang juga dapat mendukung potensi reli lanjutan apabila likuiditas semakin meningkat.
“Banyak yang memprediksi Bitcoin akan bergerak di area US$150.000, namun kemungkinan untuk bisa melampaui area tersebut cukup terbuka jika sentimen penurunan suku bunga semakin kuat,” ucap Fahmi.
Selanjutnya: Bitcoin Cetak Rekor Baru, Apakah Masih Prospektif Jadi Pilihan Investasi?
Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News