Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto dengan kapitalisasi terbesar di dunia, Bitcoin, turun hingga hampir 40% dari titik all time high (ATH) yang dicapai pada 9 November 2021 lalu.
Ini menyebabkan harga Bitcoin berada di level $42.019,86 atau setara dengan Rp 607.050.412,46 menurut data CoinDesk. Penurunan ini juga merupakan titik terendah Bitcoin dibandingkan dengan dua bulan terakhir, sejak September 2021.
Alhasil, akibat penurunan tersebut, mayoritas aset kripto dengan kapitalisasi pasar yang besar ikut turun. Di hari yang sama, Ethereum (ETH), Avalanche (AVAX), dan Shiba Inu (SHIB) mengalami penurunan hingga 15%. Binance Coin (BNB) turun hingga 13%, Solana (SOL) 18%, Polkadot (DOT) 25%, Cardano (ADA) 20%, Ripple (XRP) 26%, dan Dogecoin (25%).
Co-Founder Zipmex Indonesia Raymond Sutanto mengatakan setidaknya ada tiga penyebab yang membuat Bitcoin terkoreksi cukup dalam. Pertama, The Securities and Exchange Commision menolak reksa dana WisdomTree Bitcoin Trust pada 1 Desember 2021 lalu.
Baca Juga: BI sebut pentingnya pembahasan kembali mata uang digital saat presidensi G20
Hal ini disebabkan karena proposal yang diajukan WisdomTree Bitcoin Trust belum mampu memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh SEC mengenai pencegahan tindakan manipulatif dan kecurangan.
Lalu, pernyataan Ketua Komisi SEC Gary Gensler yang menyebut Bitcoin merupakan kompetitor bagi sistem perbankan dan konsensus keuangan di seluruh dunia. Serta, The Fed yang akan mulai mengurangi pembelian aset atau tapering untuk menormalisasi kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga pada tahun 2022, tepatnya pada Juni, September, dan Desember.
“Kebijakan tapering tersebut membuat kebanyakan investor memutuskan untuk melepaskan aset-aset berisiko seperti saham dan aset kripto. Kemudian memutuskan untuk beralih ke dolar AS yang dianggap akan menguat,” kata Raymond dalam keterangan tertulis, Senin (6/12).
Kendati begitu, Raymond meyakini bahwa koreksi ini sebenarnya masih merupakan hal yang normal dan sehat. Koreksi yang terjadi merupakan bagian dari pasar yang tidak bisa dielakkan, namun masih dapat dimanfaatkan.
Baca Juga: Terbaru, ini daftar pedagang aset kripto resmi di Bappebti
Ia melihat, dalam kondisi ini, para investor justru sebaiknya memanfaatkan momen yang ada sesuai dengan profil risiko yang mereka miliki.
“Untuk investor yang memiliki profil risiko tinggi,momen ini merupakan periode ‘diskon’ untuk membeli Bitcoin di harga yang lebih murah atau buy the dip. Sementara bagi investor dengan tingkat toleransi yang kecil, bisa membeli secara akumulatif atau dollar cost averaging (DCA),” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News