Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pelaku usaha yang bergerak di bisnis pusat perbelanjaan melihat momentum Ramadan di tahun ini bisa memberikan angin segar lebih baik dari tahun lalu. Namun sayang, belum terlalu kuat untuk mendongkrak bisnis pusat perbelanjaan.
Dewan Penasehat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Tutum Rahanta mengatakan pada puasa dan lebaran yang masuk tahun kedua sejak pandemi, seharusnya bisa menjadi momentum untuk perbaikan bagi pusat perbelanjaan karena sudah ada vaksin dan pelonggaran pembatasan mobilitas.
"Sebelum ada larangan mudik, kami kira tahun ini betul-betul bisa menjadi momentum untuk kita memperbaiki kinerja karena mall di daerah boleh tetap buka. Tetapi dengan adanya pelarangan mudik, akhirnya sedikit terganggu," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (13/4).
Tutum menegaskan, pada momentum Ramadhan tahun ini, bisa lebih baik dari tahun lalu karena pusat perbelanjaan boleh dibuka dengan kapasitas 50%. "Tetapi apakah bisa mengembalikan omzet sebelum pandemi? Tentu jauh," kata Tutum.
Maka dari itu, Tutum melihat meskipun sudah ada pelonggaran tetap masih terbatas sehingga pusat perbelanjaan juga tidak bisa full 50%.
Adapun Tutum melihat, sektor food and beverage (F&B) di pusat perbelanjaan akan lebih cepat pulih dibandingkan dengan ritel fesyen. Saat ini masyarakat mulai cenderung bosan setahun memasak di rumah sehingga banyak yang sudah berani kumpul dengan keluarga dan teman untuk makan di luar.
Baca Juga: Kunjungan ke Mal Mulai Ramai, Emiten bisa Mendulang Cuan dari Momen Lebaran
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja menjelaskan tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan pada saat menjelang dan pada saat Idul Fitri tahun 2021 nanti tidak akan ada peningkatan yang sangat signifikan. Menurutnya, proses pelaksanaan vaksinasi untuk masyarakat umum rencananya baru akan dimulai paling cepat pada triwulan III tahun 2021.
"Adapun kunci dalam hal peningkatan kunjungan ke Pusat Perbelanjaan adalah vaksinasi untuk masyarakat umum," jelasnya saat dihubungi terpisah.
Menurut Alphon, vaksinasi untuk masyarakat umum belum dilaksanakan maka hampir dapat dipastikan tidak dapat diberlakukan pelonggaran - pelonggaran. Lewat pengamatannya, tingkat kunjungan dan tingkat penjualan pada bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini akan lebih tinggi dari tahun lalu tapi tidak akan terjadi peningkatan yang signifikan.
Alphon bilang, tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan pada saat Idul Fitri 2020 yang lalu hanya naik sekitar 20% dibandingkan dengan hari biasa pada tahun 2020 yang lalu. Diperkirakan tingkat kunjungan ke Pusat Perbelanjaan pada Idul Fitri tahun 2021 ini akan meningkat sekitar 30% - 40% dibandingkan dengan Idul Fitri tahun 2020 lalu.
Ekonomi Senior Institute for Development of Economic and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati yang menilai momentum Ramadhan dan lebaran tahun ini belum cukup menjadi kunci pemulihan ekonomi. "Kunci pemulihan ekonomi adalah peningkatan daya beli masyarakat yang tentu tergantung kembalinya aktivitas sektor rill, lapangan pekerjaan," jelasnya saat dihubungi terpisah.
Mengenai persoalan pelonggaran PPKM meningkatkan pengunjung pusat perbelanjaan, menurut Enny belum terlalu signifikan memberikan angin segar bagi pusat perbelanjaan. Dia berpendapat, orang yang keluar rumah dan pergi ke pusat perbelanjaan sebagian besar bukan untuk belanja, tetapi untuk melepas penat saja.
"Orang sudah mulai datang ke pusat perbelanjaan, tetapi geliat konsumsinya atau peningkatan permintaannya belum sebesar dalam kondisi normal karena daya belu belum pulih," kata Enny.
Selanjutnya: Ciputra Development (CTRA) sebut tingkat kunjungan ke mal mulai mendekati normal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News