kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

BI: Suku Bunga AS Baru Akan Naik di Semester II-2021


Jumat, 17 Desember 2021 / 06:35 WIB
BI: Suku Bunga AS Baru Akan Naik di Semester II-2021

Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) atawa Federal Reserve (The Fed) telah mengungkapkan rencana untuk mempercepat laju pengurangan pembelian aset alias tapering off.

Dengan kata lain, Jerome Powell dan kawan-kawan sepakat untuk mengarahkan kebijakan The Fed untuk lebih hawkish.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, arah kebijakan The Fed ini perlu dicermati. Terlebih terkait kemungkinan peningkatan suku bunga usai tapering off berakhir.

Menurut bacaannya, The Fed hanya akan menaikkan suku bunga selama satu kali di tahun depan. Kenaikan suku bunga akan dilakukan The Fed pada kuartal III-2022 atau selambatnya pada kuartal IV-2021.

Artinya, Bank Indonesia menebak, Fed Funds Rate baru akan dikerek pada semester II-2021. Dugaan Perry ini rupanya berbeda dengan bacaan pasar, yang memperkirakan kenaikan suku bunga The Fed akan dilakukan setidaknya dua kali. Dan dimulai pada pada Juni 2021 alias pada akhir kuartal II-2022.

Baca Juga: Bank Indonesia (BI) Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%

“Begitu bacaan kami terhadap kenaikan Fed Funds Rate yang secara fundamental pada kuartal III-2022 atau pada kuartal IV-2022. Namun, bacaan pasar kemungkinan mulai Juni 2021, yang berdasarkan data dependen,” ujar Perry, Kamis (16/12).

Terkait kenaikan suku bunga AS ini, Perry mengungkapkan ada dampaknya terhadap Indonesia. Pertama, terkait arus investasi portofolio global ke emerging market termasuk Indonesia. Kedua, dampak pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dan nilai tukar rupiah.

Untuk itu, Perry akan berusaha sekuat mungkin dalam menjaga stabilitas, baik stabilitas moneter, stabilitas sistem keuangan, stabilitas nilai tukar rupiah, dan stabilitas pasar SBN.

“BI tidak segan-segan untuk melakukan stabilisasi yang diperlukan agar nilai tukar rupiah tetap stabil mendukung ekonomi Indonesia dan mendukung pemulihan ekonomi,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×