Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berpotensi melemah pada perdagangan Kamis (21/7). Potensi pelemahan ini terjadi seiring dengan diselenggarakannya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) yang diperkirakan bakal mempertahankan tingkat suku bunga acuan.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, jika prediksi tersebut benar terjadi, maka BI akan tertinggal dari bank sentral lain yang sudah menaikkan suku bunga demi menekan inflasi.
"Divergensi kebijakan ini membuat rupiah akan menjadi lebih kurang menarik dibandingkan mata uang lainnya," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (20/7).
Selain itu, inflasi dan kasus harian Covid-19 yang meningkat juga akan menjadi faktor penekan rupiah. Dari segi eksternal, pelaku pasar akan mencermati hasil pertemuan bank sentral Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) untuk petunjuk lebih lanjut.
Baca Juga: Pergerakan Mata Uang Komoditas Dipengaruhi Harga Komoditas dan Kekhawatiran Resesi
Bernada serupa, Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri juga melihat, investor masih wait and see terhadap hasil keputusan RDG BI yang akan dirilis pada Kamis (21/7).
"Keputusan BI akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar karena sudah dinantikan oleh pelaku pasar," ucap Reny.
Sebelumnya, pasar valuta asing dipengaruhi oleh rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuannya lebih agresif tahun ini sebagai respons terhadap inflasi AS yang meningkat ke level tertingginya selama empat dekade terakhir.
Setelah RDG BI, pada pekan depan pelaku pasar akan wait and see terhadap hasil FOMC Meeting bank sentral AS Juli 2022.
Reny memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan berada di kisaran Rp 14.943-Rp 14.998 pada Kamis (21/7). Sementara Lukman memprediksi pergerakan kurs rupiah akan berada di Rp 14.950-Rp 15.050 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News