kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berisiko, Epidemiolog Kritik Kebijakan Lepas Masker di Ruang Publik


Senin, 13 Juni 2022 / 11:44 WIB
Berisiko, Epidemiolog Kritik Kebijakan Lepas Masker di Ruang Publik
ILUSTRASI. Epidemiolog singgung kebijakan lepas masker di ruang publik cukup berisiko. KONTAN/Fransiskus Simbolon

Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam tiga minggu terakhir, terjadi peningkatan tren kasus positif Covid-19 di Indonesia. Epidemiolog singgung kebijakan lepas masker di ruang publik cukup berisiko.

Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, dari kondisi lonjakan kasus lagi seperti saat ini, seharusnya pemerintah Indonesia tidak boleh lupa kalau kita tidak bisa lepas dari situasi global.

Situasi global yang dimaksud adalah kondisi Covid-19 yang masih berstatus pandemi, sehingga kebijakan-kebijakan yang bisa diterapkan atau perlu dikeluarkan harusnya selaras dengan situasi global dan target terkendalinya kasus infeksi baru Covid-19 sampai pandemi dinyatakan benar-benar berakhir.

“Situasi saat ini dan terkait kebijakan (pakai) masker yang dicabut, sebenarnya kita belum siap dengan literasi yang membangun persepsi, sehingga ya masyarakat banyak yang merasa bahwa itu artinya pandemi sudah berakhir,” kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (10/6/2022).

Dalam pemberitaan sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan pelonggaran penggunaan masker untuk masyarakat sebagai tindak lanjut penanganan pandemi Covid-19 yang diklaim semakin membaik.

Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 Capai 500 Sejak 7 Juni, Ini Penjelasan Satgas

Dalam pelonggaran itu masyarakat boleh tidak memakai masker, jika sedang beraktivitas di ruang terbuka dan tidak padat orang.

"Jika masyarakat sedang beraktivitas di luar ruangan atau di area terbuka yang tidak padat orang, maka diperbolehkan untuk tidak menggunakan masker," ujar Jokowi dalam keterangan video pada Selasa (17/5/2022) sore.

Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengungkapkan, peningkatan ini melebihi kasus yang terjadi pada 22 Mei 2022.

"Jika dilihat pada grafik kasus positif Covid-19 mingguan, terjadi kenaikan 571 atau 31 persen dari kasus tanggal 22 Mei 2022, yaitu dari 1.814 menjadi 2.385 kasus mingguan," kata Wiku saat konferensi pers di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (8/6/2022).

Selain itu, juga terjadi peningkatan kasus aktif Covid-19 dalam empat hari terakhir sebesar 328 kasus atau 10 persen dari kasus harian pada 2 Juni 2022, yakni 3.105 menjadi 3.433 kasus.

Hal ini dianggap mengkhawatirkan, karena faktanya sampai sekarang, penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 masih terus terjadi.

Dalam informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan, Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril,SP.P, MPH mengumumkan, Indonesia telah mengidentifikasi subvarian BA.A dan BA.5. Subvarian tersebut tercatat sudah ada empat kasus yang dikonfirmasi hingga Kamis, 9 Juni 2022.

Ilmuwan Afrika Selatan, pada awal Mei 2022 lalu mengungkapkan, dua sub varian baru varian virus corona Omicron yakni sub-varian BA.4 dan BA.5 disebut mampu menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya dengan cukup baik, sehingga bisa memicu gelombang baru.

Baca Juga: Sederet Gejala Omicron BA.4 dan BA.5, Awas waspada!

“Termasuk adanya sub varian-sub varian baru yang lebih efektif seperti BA.4 dan BA.5 atau BA12.1 yang efektif jauh lebih menyebarnya, bahkan dibandingkan (varian) Delta sebelumnya,” jelas Dicky.

Oleh karena itu, ditegaskan Dicky, seharusnya narasi untuk pelonggaran pemakaian masker dan disiplin protokol kesehatan masih tetap harus dilakukan sampai sekarang.

Narasi pencabutan larangan tidak memakai masker di luar ruangan yang tidak padat orang tersebut, masih belum selaras dengan kemampuan persepsi dan literasi masyarakat dalam menerimanya.

Menurut Dicky, dengan narasi seperti itu, bukan tidak mungkin sebagian masyarakat merasa tidak perlu lagi memakai masker - bukan hanya di luar ruangan, tapi di mana pun, dan menganggap pandemi sudah berakhir.

“Narasi ini juga yang harus diperbaiki ya, seakan-akan publik menganggap itu (kondisi saat ini) sudah endemik, sudah selesai, tapi enggak begitu. Berbahaya sekali,” ujarnya.

“Sekali lagi, pemerintah juga jangan ikut-ikutan ya menarasikan yang tidak tepat ini, dan ini harus diperbaiki, ya walaupun di banyak negara lain juga sama seperti itu, tapi kita jangan ikut salah,” tambahnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tren Kasus Covid-19 Meningkat Lagi, Epidemiolog: Kebijakan Lepas Masker Berisiko"
Penulis : Ellyvon Pranita
Editor : Bestari Kumala Dewi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×