kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini Tanggapan Apindo Soal Kenaikan Harga Pertamax


Jumat, 08 April 2022 / 08:40 WIB
Begini Tanggapan Apindo Soal Kenaikan Harga Pertamax

Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA Pemerintah menetapkan kenaikan harga pertamax per 1 April 2022 menjadi Rp 12.500 – Rp 13.000 per liternya. Kenaikan ini dari harga pertamax yang sebelumnya berkisar di harga Rp 9.000 – Rp 9.400 per liternya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai, pemerintah sudah tidak mempunyai pilihan lagi dalam mengatasi harga minyak dunia yan berdampak pada beban APBN subsidi yang membengkak, sehingga pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pertamax pada 1 April 2022 yang lalu.

“Ini karena bulan Ramadhan, jadi secara historis pasti akan ada inflasi. Khusus BBM ini dilematis, kalau tidak dinaikkan APBN ini akan tergerus besar sekali. Kalau dinaikkan posisinya adalah yang tidak menguntungkan,” ujar Hariyadi dalam webinar “Harga Kian Mahal, Recovery Terganggu”, Kamis (7/4).

Baca Juga: Chatib Basri: Meski Pertamax Naik, Pemerintah Masih Nombok

Selain itu, kenaikan harga pertamax juga sejalan dengan hilangnya Pertalite di lapangan. Sehingga masyarakat mau tidak mau membeli Pertamax dengan harga yang naik dibandingkan pada sebelumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada pilihan masyarakat akibatnya hilangnya Pertalite.

“Kita tidak bisa melihat hanya satu angle saja. Karena di sisi lain bisa membuat orang marah, karena kemarin itu masalah Pertalite yang disubsidi juga hilang selama disparitas harga. Itu akan selalu terjadi seperti itu,” tambahnya.

Begitu juga dengan permasalahan minyak goreng, dengan adanya disparitas harga, maka produk yang harganya lebih murah akan hilang di pasaran. Sehingga dari sudut pandang objektifnya, apabila negara memberikan subsidi yang terlalu besar akan kurang baik dan akan menimbulkan permasalahan berkelanjutan.

“Kalau kita lihat dari angle yang objektif, selama ada subsidinya yang jumlahnya sedemikian besar itu pasti akan problem terus. Tetapi kalau kita mau mengembalikan posisi yang realistis, masyarakat juga akan di trigger untuk berhemat. Karena kalau tidak akan terjadi seperti itu dan ramai terus,” katanya.

Baca Juga: Harga Pertamax Naik, Kemenkeu Klaim Dampaknya Ke Inflasi Relatif Terbatas

Hariyadi menambahkan, jika flashback ke era Jusuf Kalla yang mengonversikan penggunaan minyak tanah ke LPG memang menuai kontroversi dan kehebohan, namun itu semuanya dapat berjalan seiring dengan penyesuaian yang dilakukan masyarakat.

Namun menurutnya, kenaikan harga yang terjadi saat ini berbarengan dengan momentum Ramadhan merupakan langkah yang kurang tepat. “Ini tidak enak suasananya karena bulan Ramadhan ini. Tetapi kalau kita ambil sisi lain, kita tidak bisa menghindari ini semua. Dan selama ada disparitas harga, itu pasti akan terjadi kekacauan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×