kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,64   -7,73   -0.78%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir Optimistis Pencairan Kredit Tetap Deras Hingga Akhir Tahun, Ini Alasannya


Rabu, 28 September 2022 / 06:40 WIB
Bankir Optimistis Pencairan Kredit Tetap Deras Hingga Akhir Tahun, Ini Alasannya

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih mempertahankan bunga kredit meskipun Bank Indonesia (BI) telah menaikkan bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) dalam dua bulan terakhir menjadi 4,25%. Hingga, penyaluran kredit dan pencariannya masih akan tetap mengalir deras hingga akhir tahun.

Ini ditandai dengan penurunan kredit yang belum ditarik alias undisbursed loan di perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan undisbursed loan BRI tercatat sebesar Rp 87,3 triliun per Juli 2022. Sekretaris Perusahaan Bank BRI Oryza Gunarto menyatakan nilai itu menurun 18,2 % YoY Juli 2021 sebesar Rp 106,7 triliun.

“Ke depan BRI optimistis pencairan kredit akan semakin meningkat seiring peningkatan konsumsi dan daya beli masyarakat. Kami proyeksikan undisbursed loan BRI akan terus melandai, hal ini tak lepas dari target pertumbuhan penyaluran kredit BRI di tahun ini yakni sebesar 9% hingga 11% YoY,” ujarnya Kepada Kontan.co.id pada Selasa (27/9).

Ia menyatakan, sektor hotel dan restoran merupakan salah satu sektor dimana pemulihan bisnisnya cenderung lebih lambat dibandingkan dengan sektor lainnya.

Namun demikian, sesuai hasil riset Indeks Bisnis UMKM BRI, sektor hotel dan restoran diperkirakan bahwa kinerja usahanya akan semakin membaik pada  kuartal ketiga 2022.

Baca Juga: Jaga Likuiditas, Bank Kecil Hingga Besar Mulai Kerek Bunga Deposito 25 Basis Poin

“Apabila dibandingkan dengan sektor lainnya, sektor hotel dan restoran memiliki kenaikan indeks ekspektasi terbesar. Hal tersebut mencerminkan optimisme pelaku UMKM sektor hotel dan restoran ke depan, seiring dengan pandemi yang kian terkendali,” jelasnya.

Adapun PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan permintaan kredit tumbuh positif, terlihat dari undisbursed loan sejak Desember 2021. Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menyebut ini seiring dengan realisasi bisnis yang semakin membaik di tengah pelonggaran mobilisasi aktivitas masyarakat pasca penurunan kasus aktif Covid19.

Berdasarkan laporan keuangan BCA per Juli 2022, fasilitas kredit yang belum ditarik mencapai Rp 283,81 triliun. Sedangkan penyaluran kredit yang disalurkan mencapai Rp 658,63 triliun di tujuh bulan pertama 2022.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi AS Aturridha menyatakan, penyaluran kredit Bank Mandiri masih mencatatkan tren positif. Tercermin dari realisasi kredit yang masih tumbuh sebesar 9,9% YoY menjadi sebesar Rp 887,33 triliun per Agustus 2022.

“Sebagai salah satu bank yang fokus pada pengembangan bisnis ke segmen wholesale, laju kredit Bank Mandiri juga diikuti oleh perbaikan kinerja dari sisi wholesale banking,” ujarnya.

Baca Juga: BNI Tingkatkan Penyaluran Kredit ke Segman UMKM di Sisa 2022

Kredit wholesale banking Bank Mandiri berhasil mencatatkan pertumbuhan hingga 8,36% YoY dari Rp 535,41 triliun pada Agustus 2021 menjadi menembus Rp 580,18 triliun di akhir delapan bulan pertama 2022.

“Kami optimistis sampai dengan akhir tahun pertumbuhan kinerja Bank Mandiri tetap tumbuh, sejalan dengan tren pemulihan dan perbaikan dari sisi makroekonomi. Hal ini juga tercermin dari laju pertumbuhan kredit perbankan secara industri yang telah menunjukkan pemulihan sejak awal tahun 2022,” paparnya.

Memang, kredit perbankan nasional telah tumbuh 10,62% YoY per Agustus 2022. Penyaluran kredit ini ditopang oleh peningkatan diseluruh jenis kredit dan pada mayoritas sektor ekonomi.

“Berkaca pada hal tersebut, seiring dengan kondisi perekonomian domestik yang masih kuat kami optimis pertumbuhan kredit Bank Mandiri mampu mencapai target yang ditetapkan yakni sebesar 11%, terutama pada sektor-sektor yang risilen seperti perkebunan maupun industri makanan dan minuman. Tentunya dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian,” pungkasnya.

Baca Juga: Suku Bunga Naik, Perbankan Waspadai Potensi Memburuknya Kualitas Aset KPR

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×