kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Indonesia (BI) diprediksi bakal mengerek suku bunga acuan pada 2022


Jumat, 18 Juni 2021 / 06:25 WIB
Bank Indonesia (BI) diprediksi bakal mengerek suku bunga acuan pada 2022

Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Bank Mandiri memperkirakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan pada tahun 2022. Namun, ini semua akan tergantung pada inflasi dan kondisi perekonomian di tahun depan juga. 

“Yang pasti, kami memperkirakan BI akan mengurangi quantitative easing (QE) dulu baru akan menaikkan suku bunga. Jadi, kemungkinan baru di paruh kedua 2022 akan menaikkan suku bunga,” ujar ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman kepada Kontan.co.id, Kamis (17/6). 

Tak hanya dari sisi domestik, kebijakan BI akan tergantung dari sisi global, di mana The Fed memberi sinyal akan menaikkan suku bunga kebijakan di 2023. Namun, dengan melihat kondisi pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang cepat, kemungkinan tapering bisa terjadi di tahun 2022. 

“Jadi, memang ada tekanan baik dari eksternal maupun internal untuk BI mulai menyesuaikan kebijakan moneternya di tahun depan,” tambahnya.

Baca Juga: BI: Ekspansi likuiditas belum optimal dorong pertumbuhan ekonomi

Sementara untuk tahun ini, ia melihat tidak ada lagi ruang bagi penurunan suku bunga acuan hingga akhir tahun maupun di tahun depan. Menurutnya, BI perlu lebih fokus dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

Bank sentral AS tersebut emang sudah memulai diskusi untuk meningkatkan suku bunga kebijakannya di akhir tahun 2023, atau lebih cepat dari proyeksi sebelumnya. 

Hal ini dengan menimbang kondisi ekonomi AS yang diperkirakan pulih lebih cepat. Ini lah yang nantinya dikhawatirkan bisa meningkatkan yield US Treasury dan menyebabkan keluarnya modal asing dari negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Untuk itu, Faisal meminta agar BI tetap menjaga rate differential untuk tetap menarik, sehingga masih ada aliran dana yang masuk dan nilai tukar rupiah juga stabil.

Selanjutnya: BI telah membeli SBN sebesar Rp 116,26 triliun di pasar perdana hingga 15 Juni 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×