kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,41   5,06   0.54%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia turunkan peringkat Indonesia, bagaimana konsesi GSP dari AS


Jumat, 16 Juli 2021 / 06:40 WIB
Bank Dunia turunkan peringkat Indonesia, bagaimana konsesi GSP dari AS

Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi bersama Menteri Investasi/K pala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia melakukan kunjungan kerja ke Amerika serikat (AS) pada pada 9 sampai 18 Juli 2021.

Kunjungan kerja ini merupakan langkah percepatan pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan perdagangan dan investasi.

Seperti yang sudah diketahui, Indonesia merupakan negara berpendapatan menengah (middle low income country) yang mendapatkan fasilitas  pembebasan tarif generalized system of preferences (GSP) dari AS.

Sebelumnya, status Indonesia sempat direview oleh AS pada 2018 untuk mendapat perpanjangan fasilitas GSP, dan akhirnya mendapat perpanjangan GSP pada November 2020 lalu.

Baca Juga: BKPM: Terpilihnya Joe Biden tidak berpengaruh terhadap investasi AS ke Indonesia

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Widjaja Kamdani menuturkan, konsesi GSP dari beberapa negara kepada Indonesia tidak berubah sepanjang pandemi Covid-19.

Meskipun Bank Dunia atau World Bank telah menempatkan Indonesia sebagai negara dalam golongan lower middle income country atau negara dengan penghasilan menengah ke bawah, Shinta mengatakan tidak ada perluasan maupun pengurangan terkait GSP.

“Akan tetapi, karena kinerja ekspor Indonesia ke beberapa negara pemberi GSP sedikit turun dan tanpa perubahan yang terlalu signifikan pada komposisi perdagangan atau jenis barang yang di ekspor ke negara pemberi GSP, kita bisa menyimpulkan bahwa penggunaan GSP oleh Indonesia sepanjang pandemi tidak banyak berubah dibanding sebelum pandemi,” ujar Shinta kepada Kontan.co.id, Kamis (15/7).

Shinta memaparkan, besaran total ekspor dari Indonesia ke negara pemberi GSP  yakni sekitar 10%-15%. Namun besaran persentase bisa berubah tergantung dengan  pemberi GSP seperti AS, Uni Eropa atau negara lai, dengan rata-rata pertumbuhan penggunaan GSP sekitar 10% per tahun.

Selain itu, Lutfi juga mengatakan, AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia dengan total perdagangan kedua negara pada 2020 mencapai US$ 27,2 miliar. Dari nilai tersebut, ekspor Indonesia ke AS sebesar US$ 18,62 miliar. Sedangkan, impor Indonesia dari AS sebesar US$ 8,58 miliar. Neraca perdagangan Indonesia terhadap AS surplus sepanjang 2020 sebesar US$ 10,04 miliar.

Selanjutnya: Investasi manufaktur diproyeksi capai Rp 323 triliun di 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×