kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Dunia Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Sekitar 4,9%


Sabtu, 01 April 2023 / 04:05 WIB
Bank Dunia Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2023 Sekitar 4,9%

Reporter: Ferry Saputra | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. World Bank memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan berada di level 4,9%. Adapun angka tersebut merupakan revisi dari perkiraan World Bank sebelumnya pada Oktober 2022 yang sebesar 5,1%. Namun, proyeksi ini berada di bawah pencapaian pada 2022 sebesar 5,3%.

World Bank menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia itu juga dipengaruhi kondisi perekonomian negara di ASEAN-5 dan Asia East and Pacific (EAP) Asia yang akan menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan kegiatan ekonomi negara berkembang ASEAN-5 dan Asia East and Pacific (EAP), termasuk Indonesia, telah pulih dari guncangan perekonomian global baru-baru ini.

Baca Juga: World Bank Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi di Asia Timur dan Pasifik Capai 5,1% di 2023

Pemulihan ini ditandai dengan membaiknya ekspor barang dan tingginya konsumsi. Namun, Aaditya menganggap inflasi dan kondisi perekonomian global masih akan menjadi ancaman pada tahun ini. 

"Pertumbuhan ekonomi jangka pendek di EAP akan bergantung pada pertumbuhan global yang diproyeksikan akan berjalan lebih lambat pada 2023 dibandingkan 2022," ucap dia dalam konferensi pers World Bank’s East Asia and Pacific April 2023 Economic Update, Jumat (31/3). 

Aaditya menjelaskan meski proyeksi terbaru lebih optimistis, tetapi kebijakan harga komoditas dan pengetatan keuangan diperkirakan akan berlanjut dalam menghadapi tekanan inflasi di Amerika Serikat.

Di sisi lain, dia juga mengapresiasi keberhasilan perekonomian di EAP yang dapat tumbuh lebih cepat dan stabil dibanding negara lain di belahan dunia selama lebih dari dua dekade sejak Krisis Keuangan Asia (AFC).

"Hasilnya, penurunan kemiskinan dan ketimpangan yang mencolok dalam dekade terakhir," ujarnya.

Aaditya juga mengapresiasi ekonomi EAP yang bisa tangguh dibanding negara lain dalam menghadapi krisis yang diakibatkan resesi dan pandemi Covid-19. 

Namun, dia menilai negara di kawasan EAP jangan sampai lengah akan pencapaian itu. EAP juga harus berkaca pada masa lalu, sekarang, dan masa depan. 

Menurut dia, kerusakan yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19, perang, dan pengetatan keuangan masih dirasakan dampaknya dan bisa saja mengurangi pertumbuhan serta meningkatkan ketimpangan. 

Baca Juga: Buka Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral ASEAN, Ini Kata Sri Mulyani

"Kawasan itu harus mengatasi masalah-masalah tersebut. Ditambah ada tantangan besar de-globalisasi, penuaan, dan perubahan iklim, yang sangat rentan," kata dia.

Oleh karena itu, negara di EAP perlu mengambil sejumlah tindakan kebijakan, yakni adaptasi dan kerja sama internasional dalam mitigasi iklim. Selain itu, memastikan keterbukaan terhadap perdagangan, investasi, dan arus teknologi, yang idealnya secara multilateral, regional, dan bilateral. 

Sebagai informasi, World Bank juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi negara ASEAN-5 lainnya, yaitu pada 2023 diperkirakan akan mencapai 3,6%, Vietnam 6,3%, Filipina 5,6%, dan Malaysia 4,3%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

×