Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bendungan kering (dry dam) Ciawi telah diresmikan. Nantinya bendungan ini bersama bendungan Sukamahi akan menjadi pengendali banjir di DKI Jakarta.
Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Joga mengatakan, selain Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi masih diperlukan upaya lain untuk membebaskan Jakarta dari banjir.
Pasalnya, Bendungan Ciawi mengurangi debit banjir yang masuk ke Jakarta sebesar 30,6%, sedangkan Bendungan Sukamahi mereduksi banjir 27,4%.
"Masih kurang untuk membebaskan Jakarta dari banjir, untuk itu perlu didukung dengan upaya lainnya," kata Nirwono kepada Kontan.co.id, Minggu (25/12).
Dimana untuk mengatasi banjir kiriman, Pemprov DKI Jakarta harus fokus membenahi 13 sungai. Yakni dengan memprioritaskan sungai Ciliwung yang terhubung langsung dengan Bendungan Ciawi dan Sukamahi.
Selanjutnya, perlu dilakukan normalisasi sungai pesanggrahan, dilanjutkan Sungai Angke dan Sunter, serta 9 sungai lainnya.
Baca Juga: Atasi Banjir Rob Jakarta, Pengamat Sarankan Reforestasi Mangrove
Upaya lainnya ialah dengan revitalisasi situ/danau/embung/waduk (SDEW) yang berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Serta SDEW di 12 sungai lainnya. Di mana ada total ada 109 SDEW di Jakarta atau 178 SDEW yang perlu dibenahi.
"Untuk atasi banjir lokal, rehabilitasi saluran air kota dengan memperbesar dimensi saluran dan terhubung ke SDEW terdekat untuk ditampung dan diresapkan, serta memperluas RTH (ruang terbuka hijau) sebagai daerah resapan air," imbuhnya.
Adapun untuk mengatasi banjir rob diperlukan restorasi kawasan pesisir pantura Jakarta melalui reforestasi mangrove. Ia mengatakan, pemerintah provinsi DKI Jakarta perlu memperluas reforestasi mangrove di Utara Jakarta untuk atasi banjir rob.
Reforestasi mangrove dinilai lebih baik untuk upaya jangka panjang atasi banjir rob, ketimbang membangun giant sea wall.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News