kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asia Power Index: ASEAN Tumbuh Dinamis, Jepang dan China Melemah


Senin, 06 Februari 2023 / 16:18 WIB
Asia Power Index: ASEAN Tumbuh Dinamis, Jepang dan China Melemah
ILUSTRASI. Patung Buddha raksasa di kuil Wat Paknam Phasi Charoen terlihat di Bangkok, Thailand, 10 Juni 2021. Foto diambil 10 Juni 2021 dengan drone. REUTERS/Jorge Silva


Sumber: Nikkei | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Lowy Institute, sebuah lembaga think tank asal Australia, baru-baru ini merilis Asia Power Index 2023. Secara keseluruhan, negara-negara kawasan Asia Tenggara cenderung mengalami peningkatan. Di sisi lain, Jepang dan China yang menjadi raksasa justru menyusut perlahan.

Indeks setengah tahunan yang dirilis hari Minggu (5/2) ini mengukur pengaruh 26 negara di seluruh kawasan Indo-Pasifik. Negara seperti AS, China, Jepang, India, dan Rusia juga termasuk dalam pengamatan.

Kelima negara ekonomi besar itu juga telah menjadi lima negara kuat sejak indeks dimulai pada 2018.

Dalam setengah tahun terakhir beberapa negara mengalami penurunan nilai. Salah satunya disebabkan oleh dampak lanjutan dari Covid-19 yang masih belum menghilang.

"Banyak negara yang keluar dari pandemi lebih bergantung pada mitra dagang utama mereka dan dengan hubungan ekspor yang kurang terdiversifikasi. Kondisi ini memengaruhi ketahanan dan kekuatan mereka secara keseluruhan di Asia Power Index 2023," kata Susannah Patton, pemimpin proyek indeks, kepada Nikkei Asia.

Baca Juga: Antusiasme Bank Sentral Dunia untuk Menaikkan Suku Bunga Mulai Memudar, Mengapa?

China dan Jepang Melemah

Nilai China merosot paling tajam, sebagian besar karena pengaruh budaya, kemampuan ekonomi, dan ketahanannya. Lowy Institute menggambarkan "ketahanan" sebagai kapasitas untuk menghalangi ancaman nyata atau potensial terhadap stabilitas negara.

China secara konsisten memimpin peringkat indeks untuk hubungan ekonomi. Data itu menunjukkan hubungan perdagangan dan investasi yang kuat antara China dengan negara lain di kawasan Indo-Pasifik.

Sayangnya, tahun lalu posisi China digeser oleh AS. Kebijakan nol-Covid yang sangat ketat dipercaya membuat konektivitas global China menjadi lemah.

Di sektor berbeda, China justru berhasil mengambil alih AS dalam ukuran pengaruh diplomatik. Dalam laporan Lowy, ini merupakan hasil dari kinerja pemerintahan Biden di Indo-Pasifik yang lebih lunak.

Raksasa Asia lainnya, yakni Jepang, juga mengalami kemunduran dalam setengah tahun terakhir. Tren penurunan ini terjadi sebagian besar di sektor ketahanan.

"Sementara Jepang adalah pihak yang paling berprestasi di Asia, di sisi lain kesenjangan kekuatan positifnya semakin memburuk pada tahun 2022, menunjukkan bahwa Jepang mungkin tidak dapat mengakali penurunan sumber daya listrik selamanya," tulis Lowy dalam laporannya.

Baca Juga: Mata Uang Asia Diproyeksi Menguat Sepanjang Tahun 2023

Melemahnya dua raksasa Asia tersebut terlihat semakin mencolok berkat adanya pertumbuhan yang cukup dinamis di kelompok negara-negara Asia Tenggara.

Mengutip Nikkei Asia, Kamboja, Brunei, dan Laos berhasil mendapat keuntungan terbesar berkat peningkatan aktivitas mereka dalam pengelompokan regional.

Kamboja memimpin ASEAN tahun lalu, sementara Brunei ada di posisi yang sama di tahun sebelumnya. 

ASEAN semakin menonjol di Indo-Pasifik dalam beberapa tahun terakhir, terutama karena sebagian besar anggotanya secara aktif bekerja untuk menjaga netralitas di tengah meningkatnya persaingan AS-China.

Indonesia sebagai negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN pun memiliki peran diplomatik yang berkembang pesat setelah memimpin G20 tahun lalu. Tahun ini pun Indonesia menduduki kursi pimpinan ASEAN.

Sayangnya, pertumbuhan nilai Indonesia dalam Asia Power Index harus tertahan oleh langkah-langkah lemah dalam kemampuan militer dan jaringan pertahanan.




TERBARU

[X]
×