kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Asaki: Defisit perdagangan keramik pada tahun 2018-2020 mencapai US$ 655 juta


Senin, 25 Januari 2021 / 13:05 WIB
Asaki: Defisit perdagangan keramik pada tahun 2018-2020 mencapai US$ 655 juta

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) mengharapkan perhatian serius dan langkah konkret pemerintah dalam mendukung upaya substitusi impor keramik. 

Asaki menilai, penerapan instrumen bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) alias safeguard yang berlaku pada 2018 hingga Oktober 2021 mendatang belum cukup efektif dalam mensubstitusi impor. Hal ini menurut Asaki tercermin pada defisiti ekspor-impor keramik yang semakin membesar.

Ketua Umum Asaki, Edy Suyanto mengatakan, defisit perdagangan ekspor-impor keramik pada tahun 2018-2020 mencapai US$ 655 juta. Angka tersebut lebih tinggi dibanding defisit tahun 2015-2018 yang hanya sebesar US$ 453 juta. "Asaki saat ini sedang mengajukan perpanjangan Safeguard yg akan berakhir di Oktober 2021 dengan besaran bea masuk hrs lbh besar minimal 35-40% dibanding sebelumnya 19%-23%,” kata Edy dalam keterangan tertulis.

Hasil yang kurang memuaskan dari penerapan safeguard, menurut Edy tidak terlepas dari praktik perdagangan yang curang seperti pemberian tax refund export keramik oleh Pemerintah China, penipisan ketebalan keramik, transhipment untuk menghindari safeguard, dan praktik dumping yang terindikasi dari menurunnya harga jual keramik setelah penerapan safeguard.

Baca Juga: Bidik kenaikan laba 30%, Arwana Citramulia (ARNA) menambah lini produksi

Impor keramik Homogenous Tiles (HT) yang membludak dinilai merugikan bagi keramik sejenis produksi dalam negeri. Asaki mencatat, serbuan jenis keramik tersebut menyebabkan idle capacity hingga sebesar 56%  pada keramik lokal sejenis.

Menyikapi kondisi di atas, Asaki mendesak pemerintah segera mengambil langkah-langkah konkret perlindungan dan penguatan industri keramik seperti pembatasan pelabuhan impor tertentu dan penetapan minimum import price. 

Asaki optimistis, dengan dukungan dan perhatian pemerintah, industri keramik lokal bisa kembali berjaya seperti di tahun 2013 lalu ketika Indonesia menjadi salah satu dari lima negara produsen keramik terbesar.

“Industri Keramik Nasional  harus mendapatkan atensi khusus, terlebih industri keramik merupakan industri strategis yang menyerap jumlah tenaga kerja cukup besar, yakni lebih dari 150.000 org dan dengan TKDN yg tinggi rata2 diatas 75%,” tutur Edy.

Selanjutnya: Barang impor dilarang di proyek pemerintah, ini kata pelaku industri keramik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×