Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) dan Prancis membuka kemungkinan intervensi di Niger, sebuah negara Afrika Barat yang strategis dan berlimpah sumber daya.
Rencana intervensi militer ini muncul pasca-kudeta militer yang dilakukan perwira nasionalis dan anti-kolonial. Niger adalah produsen utama uranium yang dibutuhkan untuk energi nuklir Eropa dan memiliki cadangan minyak yang penting. Negara ini juga menjadi tuan rumah pangkalan drone milik AS.
Melansir, Geopolitical Economy, Minggu (6/8) emerintah Burkina Faso dan Mali, negara-negara yang baru-baru ini juga mengalami kudeta, telah memperingatkan bahwa intervensi semacam itu akan dianggap sebagai tindakan perang.
Baca Juga: Dampak Kudeta Militer di Niger Pasokan Uranium untuk Nuklir Dunia Berubah
Ancaman intervensi ini dapat memicu konflik regional di Afrika Barat, sebuah wilayah yang kaya akan sumber daya alam dan sangat penting strategis bagi AS dan Prancis.
Sejarah neokolonial Prancis di Afrika Barat, yang mencakup kebijakan ekonomi dan moneter yang menekan negara-negara di wilayah tersebut, menjadi isu penting dalam dinamika ini.
Prancis secara efektif mengendalikan ekonomi Afrika Barat melalui penggunaan franc CFA, mata uang yang didikte oleh Paris dan menyimpan sebagian besar cadangan devisa negara-negara tersebut.
Amerika Serikat, di sisi lain, memiliki kepentingan strategis di Niger, dengan salah satu pangkalan drone terbesarnya berada di negara ini. Niger, yang berada di tengah Sahel—wilayah yang sering melihat aktivitas militer AS dan Prancis—penting bagi strategi militer Washington di Afrika. Kehilangan sekutu di Nigeria dapat merusak posisi strategis AS di wilayah tersebut.
Baca Juga: Niger Dilanda Kudeta, Bagaimana Nasib WNI di Sana?
Niger memiliki sumber daya alam yang signifikan termasuk emas dan uranium, tetapi lebih dari 40% penduduknya hidup dalam kemiskinan. Uraniumnya penting untuk energi nuklir Eropa, khususnya Prancis.
Niger juga memiliki cadangan minyak yang signifikan yang dapat membahayakan rencana negara tersebut untuk menjadi produsen dan eksportir minyak.
Pasca-kudeta militer di Niger, pemerintah militer nasionalis telah memutuskan untuk memblokir ekspor uranium dan emas ke Barat. Intervensi militer asing di Nigeri dan negara-negara Afrika Barat lainnya tampaknya semakin mungkin, bukan ancaman kosong.
Prancis telah melancarkan intervensi militer di wilayah ini sebelumnya, seperti pada 2013 dan 2014 di Mali, yang berbatasan dengan Niger. Situasi ini menggarisbawahi ancaman dan tekanan geopolitik di wilayah yang kaya sumber daya ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News