kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

APSyFI: Prospek bisnis tekstil akan cerah dalam 2-3 tahun ke depan


Jumat, 03 Desember 2021 / 15:11 WIB
APSyFI: Prospek bisnis tekstil akan cerah dalam 2-3 tahun ke depan
ILUSTRASI. Industri tekstil. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) melihat prospek bisnis yang cerah pada jangka waktu 2-3 tahun ke depan. Di masa ini, Apsyfi memandang sebagai momentum percepatan pemulihan pasca-pandemi. 

Mengevaluasi kondisi yang terjadi pada pelaku usaha TPT khususnya hulu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengungkapkan, selama masa pandemi Covid-19, sejumlah pelaku usaha di sektor tekstil hulu mengalami kesulitan arus kas. Bahkan sampai ada dua perusahaan sempat tutup, namun sekarang sudah mulai beroperasi lagi. 

"Kesulitan cashflow hampir terjadi di semua perusahaan karena pemasukan yang minim dari konsumen hilir namun beban biaya tetap masih harus dibayarkan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (2/12). 

Redma tidak menampik bahwa selama pandemi, anggota APsyfi ada yang kesulitan membayarkan kewajibannya pada bank. Namun, dia menegaskan bahwa anggotanya tidak ada yang sampai lalai membayar kewajiban ke perbankan. 

Baca Juga: Sritex Tawarkan Skema Restrukturisasi Terbaru

"Namun ketatnya cashflow membuat ruang gerak kami untuk berkembang menjadi sulit, padahal permintaan pasar sedang terus naik. Jadi kami berharap sektor perbankan mem-follow up kondisi ini, bekerja sama dalam meningkatkan sisi suplai untuk mengimbangi sisi demand," ujarnya. 

Dalam jangka waktu menengah, APsyfi melihat bahwa dalam dua hingga tiga tahun ke depan akan menjadi peluang yang sangat baik bagi sektor TPT untuk cepat pulih. Hal ini tentu dapat meningkatkan kinerja khususnya di pasar domestik pasca serangkaian kebijakan pemerintah yang memberikan jaminan pasar bagi produk dalam negeri seperti safeguard dan aturan pengendalian impor lainnya. 

"Masa ini pun akan digunakan oleh kalangan industri TPT untuk menggenjot produksi hingga menaikkan kapasitas produksi dan investasi baru serta memperbaiki efisiensi dan produktivitas," kata Redma. 

Ke depannya, Redma melihat tren bisnis di dunia mengarah pada sustainability dan green produk, sehingga ke depan akan banyak investasi yang diarahkan untuk memproduksi produk-produk ramah lingkungan termasuk bahan baku recycle.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×