kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.909   21,00   0,13%
  • IDX 7.196   54,93   0,77%
  • KOMPAS100 1.105   9,88   0,90%
  • LQ45 877   10,49   1,21%
  • ISSI 221   0,86   0,39%
  • IDX30 448   5,71   1,29%
  • IDXHIDIV20 539   5,02   0,94%
  • IDX80 127   1,32   1,05%
  • IDXV30 134   0,42   0,31%
  • IDXQ30 149   1,50   1,02%

Akibat Krisis Iklim, Luhut Sebut Kerugian Ekonomi Global Bisa Capai US$ 23 Triliun


Kamis, 07 September 2023 / 16:15 WIB
Akibat Krisis Iklim, Luhut Sebut Kerugian Ekonomi Global Bisa Capai US$ 23 Triliun

Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan mengemukakan dampak krisis iklim yang dapat menjadi masalah bagi seluruh negara di dunia.

Menurutnya, dengan jumlah penduduk yang terus bertambah, bumi telah mengalami serangkaian bencana terkait perubahan iklim yang merusak dalam beberapa waktu terakhir. Dalam catatannya, pada Juli 2023 suhu rata-rata global mencapai level tertinggi sepanjang masa yakni 1,5 derajat Celcius atau lebih hangat dari rata-rata masa pra industri.

"Krisis iklim mempengaruhi ketahanan pangan dan wilayah pedesaan pembangunan, dan kemiskinan," ujar Luhut dalam sambutan di Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023, Kamis (7/9).

Krisis iklim tentu mendatangkan kerugian yang mendalam dari sisi ekonomi. Diperkirakan kerugian ekonomi global akibat krisis iklim dapat mencapai US$ 23 triliun pada 2050. Tingkat kematian akibat krisis iklim dapat mencapai 3 juta jiwa di tiap tahun.

Baca Juga: Menteri Luhut Beberkan Alasan Tesla Tunda Investasi di Indonesia

Maka dari itu, setiap orang harus mengambil inisiatif tindakan untuk menyelamatkan Bumi dari ancaman krisis iklim yang lebih parah pada masa mendatang.

Namun, harus diakui bahwa setiap negara memiliki kondisi, kapasitas, dan kemampuan yang berbeda-beda dalam mengatasi krisis iklim, termasuk mengimplementasikan agenda dekarbonisasi. Lantas, kolaborasi internasional yang konkret patut diwujudkan untuk mengantisipasi krisis iklim global.

"Krisis iklim terjadi pada setiap orang. Kegagalan suatu negara dalam mengatasi krisis tersebut, artinya menjadi kegagalan dunia," pungkas Luhut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×