kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akhir pandemi tak pasti, Indonesia perlu kembangkan vaksin Covid-19 berbasis mRNA


Kamis, 19 Agustus 2021 / 05:15 WIB
Akhir pandemi tak pasti, Indonesia perlu kembangkan vaksin Covid-19 berbasis mRNA

Reporter: Ratih Waseso | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Indonesia tengah mengembangkan vaksin Covid-19 yang dikenal dengan vaksin merah putih. Adapun terdapat enam kandidat vaksin yang dikembangkan. Salah satunya ialah vaksin Covid-19 yang dikembangkan Universitas Airlangga (Unair) dengan PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.

Vaksin yang dikembangkan Unair tersebut ditargetkan dapat diproduksi massal oleh PT Biotis pada semester pertama tahun depan. Adapun vaksin yang kini sudah memasuki tahap praklinik fase 2 ini menggunakan platform inactivated virus.

Epidemiolog Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, dengan platform yang sama dengan Sinovac, maka diperkirakan efikasi vaksin tersebut takkan jauh beda.

Selain inactivated virus, Dicky menyarankan agar Indonesia mulai melirik untuk pengembangan vaksin berbasis mRNA.

"Inactivated virus tidak masalah dengan segala kurang lebihnya, efikasinya tidak akan terlalu jauh dengan dengan Sinovac katakanlah 70% mungkin. Tapi enggak masalah itu. Kalau kita bisa kembangkan yang messenger RNA (mRNA). Ya akan sangat lebih bagus, ini perlu dipikirkan," kata  Dicky pada Kontan.co.id, Rabu (18/8).

Baca Juga: Kawal pengembangan vaksin merah putih, BPOM akan berikan sertifikat CPOB ke Biotis

Perlu pengembangan vaksin dengan platform beragam, berkaca dari potensi kondisi pandemi ke depan yang masih belum bisa diprediksi pastinya.

"Kalau saran saya sih yang sekarang [ada] ya terus kan. Tapi ada lagi yang untuk jangka panjang, karena kan messenger RNA ini kan satu teknologi vaksin yang harus kita kuasai. Karena ini bukan hanya bermanfaat untuk Covid-19 tapi juga untuk yang lainnya," jelasnya.

Selain itu, pengembangan vaksin merah putih juga harus memperhatikan kebutuhan Indonesia, seperti perlunya ada inovasi sekali suntikan untuk tiap orang. Hal tersebut mempertimbangkan besarnya jumlah sasaran vaksinasi Indonesia.

Vaksin dengan efikasi yang tinggi juga tetap jadi faktor utama dalam pengembangan vaksin merah putih. Apalagi adanya potensi varian baru Covid-19 ke depan.

"Kemudian penyimpanan bisa di suhu kamar artinya distribusi bisa mudah, atau bisa di suhu 8 derajat celsius seperti Sinovac, administrasi pemberian harus mudah. Sekarang di dunia berlomba-lomba seperti itu bahkan dalam bentuk bisa diberikan dikonsumsi sendiri," ujarnya.

Wakil Ketua Komisi IX DPR, Melkiades Laka Lena mengatakan, Komisi IX mendukung pengembangan vaksin dalam negeri baik itu vaksin merah putih atau vaksin nusantara bisa berjalan dengan kaidah keilmuan yang berlaku.

"Semoga ini bisa menjadi awal yang baik untuk semua proses vaksinasi dalam negeri baik itu vaksin merah putih bisa berkembang termasuk vaksin nusantara," kata Melki.

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) diminta terus mendorong dalam pengembangan vaksin buatan dalam negeri. Dukungan dapat berupa regulasi dan juga pendampingan serta penyederhanaan proses yang bisa dilakukan lebih cepat.

"Tapi tetap hal tersebut harus memperhatikan kaidah keilmuan dan metode pembuatan vaksin yang ada yang berlaku," imbuhnya.

Selanjutnya: Masuk praklinik tahap II, vaksin Covid-19 Merah Putih akan diproduksi tahun depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

×