Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) bersiap menjaga kinerja di tengah tingginya harga batubara. Head of Corporate Communication ADRO, Febriati Nadira mengatakan, ADRO tetap fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional.
Perempuan yang akrab dengan sapaan Ira itu berujar, ADRO harus memastikan bahwa bisnis perusahaan akan dapat bertahan di tengah berbagai siklus melalui aktivitas bisnis yang stabil dan berkelanjutan.
“Harga Batu bara memang mengikuti siklusnya dan tidak dapat diprediksi. walaupun kami menyambut baik dengan kondisi yang kondusif ini, Adaro akan tetap fokus terhadap efisiensi dan keunggulan operasional,” tutur Ira saat dihubungi Kontan.co.id (5/4).
Seperti diketahui, harga batubara masih bertahan di posisi yang tinggi. Di tingkat domestik, hal ini tercermin misalnya pada Harga Batubara Acuan (HBA) yang berada di posisi US$ 288,40 per ton pada bulan April 2022 ini, naik 41,5% dari HBA bulan Maret 2022 yang sebesar US$ 203,69 per ton.
Baca Juga: Cuan Adaro Energy (ADRO) dari Bisnis Energi dan Nikel
Catatan saja, HBA merupakan harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8%, Total Sulphur 0,8%, dan Ash 15%.
Dalam keterangan tertulis yang dirilis Selasa (5/4), Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan bahwa kenaikan HBA di bulan April didorong oleh adanya kebijakan embargo oleh Amerika Serikat dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) terhadap pasokan energi dari Rusia.
Faktor lainnya, pulihnya aktivitas perekonomian selepas pandemi Covid-19 selepas pandemi Covid-19 di sejumlah negara, sambung Agung, juga turut mendongkrak tingginya permintaan batubara global. "Konsumsi listrik Tiongkok yang tinggi patut diperhitungkan sebagai faktor utama ketetapan HBA," terang Agung (5/4).
Dengan strategi efisiensi dan keunggulan operasional ADRO, ADRO berencana tetap menjalankan bisnis sesuai dengan panduan di tahun 2022 yang telah ditetapkan. Mengutip publikasi tertulis ADRO sebelumnya, ADRO menargetkan produksi batubara 58 juta ton – 60 juta ton dengan nisbah kupas 4,1x di tahun 2022.
Dengan target tersebut, ADRO membidik pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) operasional sebesara US$ 1,9 miliar – US$ 2,2 miliar.
“Adaro akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan fokus untuk mempertahankan marjin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” imbuh Ira.
Sedikit informasi, ADRO memproduksi sekitar 52,70 juta ton batubara dengan volume penjualan batubara sebesar 51,58 juta ton di tahun 2021. Secara terperinci, penjualan ADRO di tahun 2021 terdiri atas penjualan domestik 28% dan ekspor 72%.
Wilayah Asia Tenggara dan Asia Timur menduduki posisi tertinggi untuk destinasi ekspor yang masing masing mengambil porsi 20%, lalu China 19% penjualan, India 11% dan sebanyak 2% ke negara-negara lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News